SOLOPOS.COM - Foto kombo warga menunjukkan jari seusai mencoblos pada pilkada DKI Jakarta di Jakarta, Rabu (15/2/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Wahyu Putro A)

Forum bahtsul masail kiai muda NU memutuskan membolehkan muslim memilih pemimpin non-muslim.

Solopos.com, JAKARTA — Sekitar 100 kiai muda Nahdlatul Ulama (NU) melalui forum bahtsul masail atau diskusi keagamaan memutuskan bahwa seorang muslim diperbolehkan memilih pemimpin non-muslim.

Promosi BRI Dipercaya Sediakan Banknotes untuk Living Cost Jemaah Haji 2024

“Terpilihnya non-muslim di dalam kontestasi politik berdasarkan konstitusi adalah sah jika seseorang non-Muslim terpilih sebagai kepala daerah,” kata KH Najib Bukhori saat menyampaikan hasil bahtsul masail di Kantor Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Jakarta, Minggu (12/3/2017).

Dengan demikian, lanjut Najib, keterpilihan calon untuk mengemban amanah kenegaraan adalah juga sah dan mengikat, baik secara konstitusi maupun secara agama. Pada Sabtu-Minggu (11-12/3/2017), kiai muda dari berbagai pondok pesantren se-Indonesia itu membahas persoalan kepemimpinan di dalam forum Bahtsul Masail Kiai Muda yang digelar PP GP Ansor dengan tema Kepemimpinan Non-Muslim di Indonesia.

Mereka berpendapat dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan berdasarkan konstitusi negara, setiap warga negara boleh memilih pemimpin tanpa melihat latar belakang agama yang dianutnya. “Seorang warga negara, dalam ranah pribadi, dapat memilih atau tidak memilih non-Muslim sebagai pemimpin formal pemerintahan,” kata Najib.

Ketua Umum GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengatakan hasil bahtsul masail itu akan disosialisasikan ke daerah-daerah di seluruh Indonesia. Ia juga menimbau umat Islam di Indonesia untuk meredakan ketegangan pada setiap kontestasi politik karena hal tersebut dapat berpotensi memecah belah umat Islam, sebagaimana terjadi di Jakarta.

“Apalagi, kecenderungan intoleransi sesama umat Islam semakin kasat mata. Hal ini tergambar dengan adanya spanduk di sejumlah masjid yang tidak menerima pengurusan keagamaan jenazah muslim yang memilih dan mendukung pemimpin non-muslim,” kata Yaqut.

“Akibat kontestasi politik di Jakarta yang makin tidak terkontrol dan cenderung ganas, bukan tidak mungkin dapat menyebar di daerah lain,” katanya. Baca juga: Pengumuman “Masjid Tolak Jenazah Pemilih Pemimpin Kafir” Dipastikan Hoax.

KH Abdul Ghofur Maemun Zubair sebagai perumus bahtsul masail menambahkan, pandangan sebagian kelompok untuk tidak menyalatkan jenazah lawan politik justru merupakan cerminan sikap yang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Sikap itu juga tidak sesuai nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya