SOLOPOS.COM - Dalang wayang Kancil, Ki Ledjar Soebroto (76) memeriksa dan mencoba kembali wayang kancil buatannya di kediamannya di jalan Mataram, Yogyakarta, Rabu (05/02/2014). (Desi Suryanto/JIBI/Harian Jogja)

Dalang senior sekaligus pelestari wayang kancil Ki Ledjar Subroto, wafat dalam usia 79 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Panti Rapih, sekitar pukul 11.55 WIB, Sabtu (23/9/2017).

 
Harianjogja.com, JOGJA-Dalang senior sekaligus pelestari wayang kancil Ki Ledjar Subroto, wafat dalam usia 79 tahun. Ia menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Panti Rapih, sekitar pukul 11.55 WIB, Sabtu (23/9/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: KI LEDJAR WAFAT : Merintis Wayang Kancil, Melestarikan hingga Akhir Hayat

Keinginan Ledjar agar wayang kancil tetap lestari sering diutarakan kepada keponakan dan cucu-cucu dari keponakannya. Selama dua kali menikah, Ledjar memang tidak memiliki anak. Selama ini ia dekat dengan keponakan dan cucu keponakannya.

Pria kelahiran Wonosobo, Jawa Tengah 1938 lalu itu ke Jogja sekitar tahun 70an. Sejak remaja ia banyak berkecimpung dalam seni wayang dan pedalangannya. Jiwa senimannya itu tidak lepas dari ayahnya bernama Budiman dulu merupakan penabuh gamelan dan pandai karawitan.

Satu dari beberapa cucu keponakannya yang selama ini ia kader adalah Ananto Wicaksono alias Nanang. Bahkan Nanang yang kini tinggal di Jepang itu disebut-sebut paling pas menggantikan Ledjar, karena selama ini Nanang sering diajak pentas dan sudah mahir dalam membuat wayang. “Sejak kecil Nanang sering diajak si Mbak Ndalang,” kata Lastri, 56, keponakan Ledjar, ditemui Harianjogja.com di rumahnya di Jalan Mataram, Sosrokusuman, Suryatmajan, Danurejan, Sabtu (23/9/2017).

Beberapa hari sebelum Ledjar wafat, kata Lastri, Nanang yang diingat. Bahkan sesaat sebelum Ledjar dibawa ke rumah sakit, Lastri sempat menelepon Nanang melalui video call dan menunjukannya kepada Ledjar. Sayang, Ledjar sudah tidak respon.

Lastri mengaku tidak mempunyai firasat apa-apa soal kematian pakdenya tersebut. Hanya ia mengingat semalam sebelum Ledjar meninggal, Ledjar telihat bahagia, bahkan malam itu Ledjar makan sampai nambah tiga kali. Setelah itu ia tidur lelap. Suatu yang jarang terjadi Ledjar tidur di malam hari.

Pagi harinya, Lastri menyiapkan minuman hangat dan bubur gudeg untuk Ledjar. Namun Ledjar masih enggan makan, hingga akhirnya ia memanggilkan dokter ke rumahnya. Dokter menyarankan agar Ledjar dibawa ke rumah sakit.

Pihak keluarga langsung membawa Ledjar ke Panti Rapih dengan taksi. Sampai rumah sakit Ledjar masih bernafas dengan alat bantu pernafasan. Namun tidak berlangsung lama, Ledjar sang pelestari wayang kancil itu pergi untuk selama-lamanya.

GKR Mangkubumi turut berduka cita atas wafatnya Ledjar. “Beliau sebagai pelestari wayang kancil, saya ingin ada yang mewarisi agar wayang tersebut tetap adan dan disiarkan kembali keberadaannya. Sayang bila wayang kancil hilang,” uangkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya