SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sukoharjo membatalkan rencana penggabungan 24 SD.

Solopos.com, SUKOHARJO — Rencana penggabungan atau regrouping 24 sekolah dasar (SD) di Sukoharjo batal dilakukan pada 2018. Hal ini dipengaruhi kekhawatiran para siswa putus sekolah setelah jarak antara rumah dengan sekolah cukup jauh.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala Bidang (Kabid) SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sukoharjo, Mulyadi, mengatakan telah berkoordinasi dengan pengawas sekolah dan kepala SD untuk membahas rencana penggabungan sekolah sejak akhir 2017. Langkah itu guna efisiensi anggaran operasional sekolah dan kinerja para guru.

“Saya menerima banyak masukan dan saran dari para pengawas sekolah dan kepala sekolah. Regrouping SD akhirnya dibatalkan lantaran beberapa alasan,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com di kantornya, Rabu (17/1/2018).

Apabila SD-SD itu digabung dikhawatirkan ada siswa yang putus sekolah karena lokasi sekolah terlalu jauh. Uang saku setiap hari tak cukup untuk membayar ongkos naik angkutan kota (angkot) atau bus. Tak menutup kemungkinan mereka tidak melanjutkan menimba ilmu di sekolah. (baca: 700 Anak Usia SD-SMA di Sukoharjo Tak Bersekolah)

Alasan lainnya, pengurus sekolah belum siap melaksanakan penggabungan sekolah. Mereka juga belum menyosialisasikan kepada para orang tua/wali murid.

“Proses penggabungan sekolah harus mendapat persetujuan orang tua/wali murid. Jadi regrouping sekolah belum bisa dilaksanakan lantaran pengurus sekolah belum siap,” ujar dia.

Mulyadi menjelaskan setiap Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Pendidikan di kecamatan tengah mendata SD yang jumlah muridnya kurang dari 60 siswa dan letak sekolah cukup jauh dari rumah siswa. Selanjutnya, setiap UPTD Pendidikan bakal mengusulkan SD yang bakal digabung dengan pertimbangan jumlah murid dan kondisi geografis.

Kemudian, tim dari Disdik Sukoharjo bakal mengkaji secara mendalam usulan penggabungan SD dari UPTD Pendidikan. “Saya tidak bisa serta merta memutuskan penggabungan SD lantaran harus berembuk dahulu dengan UPTD Pendidikan dan pengurus sekolah,” papar dia.

Lebih jauh, Mulyadi menambahkan kali terakhir melakukan penggabungan SD pada 2014. Kala itu, ada 27 SD di 10 kecamatan yang digabung dengan mengacu jumlah siswa dan kondisi geografis.

Berdasarkan data Disdikbud Sukoharjo, jumlah SD/MI negeri yang tersebar di 12 kecamatan sebanyak 449 sekolah. Sedangkan jumlah SD/MI swasta sebanyak 100 sekolah.

Sementara itu, seorang warga asal Desa Gentan, Kecamatan Bendosari, Sarminto, mengatakan instansi terkait harus memperbaiki sarana dan prasarana (sarpras) sekolah sebelum melakukan regrouping. Para siswa dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar (KBM) yang ditunjang dengan kondisi sarana dan prasarana yang memadai. Harapannya, kualitas pendidikan terutama SD di Sukoharjo meningkat perlahan-lahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya