SOLOPOS.COM - Seorang warga melintas di depan gang masuk yang diportal dengan menggunakan bambu dan MMT di wilayah Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan, Sragen, Senin (12/10/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Lingkungan di dua rukun tetangga (RT) di wilayah Desa Banaran, Kecamatan Sambungmacan, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah lockdown atau diisolasi karena ada ketua RT yang meninggal dunia setelah terkonfirmasi positif Covid-19. Selain itu, ada enam warga di lingkungan itu juga terkonfirmasi positif Covid-19.

Para warga berupaya untuk melakukan penyemprotan disinfektan di lingkungan dua RT tersebut. Camat Sambungmacan, Y David Supriyadi, membenarkan adanya lockdown di dua RT tersebut. Dia mengatakan dua RT itu dipisahkan oleh jalan.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

David menyebut di RT sebelah utara ada enam orang yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan satu warga di lingkungan RT sisi selatan jalan.

"Yang meninggal itu di RT yang terletak di utara jalan. Warga yang meninggal Minggu (11/10/2020) itu kebetulan ketua RT setempat," ujar David saat dihubungi Solopos.com, Senin (12/10/2020).

Inspiratif! Paguyuban di Klaten Ini Dirikan Warung Makan Gratis di Tengah Pandemi

David meminta kepada Satgas Desa Banaran supaya terus menyosialisasikan 3M alias memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak. Selain itu, para warga diimbau lebih peduli kepada warga dan keluarga yang dikarantina dan saling memberi semangat kepada mereka supaya cepat sembuh.

Lockdown

Kepala Desa Banaran, Sambungmacan, Sragen, Susilo, menyebut wilayah yang lockdown itu di RT yang ketua RT-nya meninggal dunia dan dinyatakan positif Covid-19. Dia mengatakan lockdown yang dimaksud hanya menutup akses jalan masuk dengan palang dari bambu.

"Awalnya ada adiknya yang pulang dari Batam. Kemudian ketua RT itu sakit karena memang ada keluhan sakit dalam dan dirujuk ke RSUD dr. Moewardi Solo. Setelah dirawat beberapa hari, meninggal dunia. Kemarin yang dibawa ke Technopark ada 6-7 orang," ujarnya.

Kabid Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sragen dr. Sri Subekti mengatakan warga Banaran itu meninggal pada Minggu sore. Dia mengatakan pada Minggu itu jumlah kasus Covid-19 di Sragen naik 35 orang.

"Hari ini [Senin], kami melakukan swab test untuk tujuan tracing sebanyak 116 orang," ujarnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Sragen Dedy Endriyatno mengatakan naiknya kasus Covid-19 sampai 35 orang per Minggu itu sebenarnya merupakan tracing dari kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sebelumnya.

Artinya, Dedy menerangkan di Sragen tidak muncul klaster baru melainkan masih klaster keluarga yang sebelumnya sudah positif dan kemudian dikejar sampai tuntas. Naiknya angka kasus Covid-19 itu, diakui Dedy, akan berpengaruh pada status Sragen yang sekarang berada di zona oranye.

"Kami berusaha untuk meminimalisasi munculnya klaster baru sehingga yang lama dikejar sampai selesai. Kami juga melakukan swab test massal di luar tracing untuk mengetahui sebaran kasus Covid-19 di Sragen. Hasilnya tentu berpengaruh pada status zona di daerah. Meskipun menjadi zona merah pun tidak apa-apa tetapi kami bisa mengetahui kondisi Covid-19 di Sragen sehingga bisa mengambil langkah kebijakan yang tepat," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya