SOLOPOS.COM - Tiga pasangan Cagub/Cawagub DKI Jakarta (kiri kanan), Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni, Basuki T. Purnama-Djarot Saiful Hidayat, dan Anies Baswedan-Sandiaga Uno memegang contoh alat peraga kampanye saat Deklarasi Kampanye Damai dan Berintegritas di Kawasan Monas, Jakarta, Sabtu (29/10/2016). (JIBI/Solopos/Antara/Rosa Panggabean)

Ketua DPR mengingatkan agar tidak ada harga mahal seperti 1998 hanya demi pertarungan di Pilkada Jakarta.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua DPR Ade Komarudin (Akom) mengingatkan agar benturan tajam di tengah masyarakat seperti pada 1998 tidak terjadi menyusul akan digelarnya Pilkada Jakarta pada Februari 2017. Hal itu dikemukakan Akom menanggapi adanya kekhawatiran munculnya gangguan keamanan di tengah berjalannya tahapan Pilkada DKI Jakarta.

Promosi Waspada Penipuan Online, Simak Tips Aman Bertransaksi Perbankan saat Lebaran

Sebelumnya, sejumlah kalangan menggelar aksi demo bertajuk Bela Islam yang menuntut proses hukum terhadap Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) karena dituding menistakan Alquran. “Kita berharap agar ke depan tidak terjadi lagi benturan yang tajam seperti di masa lalu, cukuplah di tahun 1998,” ujarnya merujuk pada peristiwa berakhirnya kekuasaan Orde Baru yang diwarnai sejumlah kekerasan.

Kekhawatiran itu disampaikan Akom ketika menerima kunjungan Forum Silaturahmi Anak Bangsa (FSAB) pimpinan Suryo Susilo di Gedung DPR, Selasa (15/11/2016). FSAB adalah forum komunikasi yang terdiri dari putera-puteri para pahlawan revolusi dan anak eks PKI yang memiliki latar belakang yang berbeda. Meski berbeda, mereka kini dapat bersatu dalam wadah FSAB.

Akom menyatakan tidak ingin persatuan bangsa menjadi terganggu hanya karena Pillkada Jakarta dan seharusnya persatuan bangsa selalu dijunjung tinggi. “Kita enggak boleh membayar mahal persatuan nasional hanya karena Pilkada DKI,” ujarnya.

Untuk itu, dia mengingatkan agar kelompok mayoritas tidak menindas yang minoritas. Semua golongan harus dapat saling berhubungan harmoni dalam persatuan bangsa, ujarnya. Baca juga: Ahok Blusukan, Sekelompok Orang Teriak “Ngapain Lo ke Sini?”

“Jangan sampai juga mayoritas menindas minoritas. Kita tidak boleh lagi membedakan suku, agama, etnis. Pada prinsipnya yang penting adalah warga negara Indonesia, Kita harus menjaga persatuan dan kesatuan supaya negara ini tetap utuh,” ujarnya.

Pada kesempatan itu Akom berharap FSAB dapat menjadi role model untuk saling memaafkan dan melihat masa depan untuk menentukan sikap dan tindakan. “Kita harus hormati keanekaragaman. Saya minta tolong agar FSAB ini menjadi role model bagi sikap memaafkan, melihat masa depan. Tolong ditularkan pada masyarakat lainnnya,” tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya