SOLOPOS.COM - Ketua DPC Partai Demokrat Sragen Budiono Rahmadi saat berbincang dengan warga di kediamannya, Sepat, Masaran, Sragen, Jumat (23/2/2024). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Keinginan mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) agar Partai Demokrat Sragen mendapat delapan kursi di DPRD Sragen sepertinya pupus. Pasalnya Demokrat Sragen hanya mampu bertahan dengan lima kursi.

Ketua DPC Partai Demokrat Sragen, Budiono Rahmadi, buka-bukaan tentang biaya politik dalam Pemilu 2024. Pria yang karib disapa Mas Bro ini mengatakan butuh duit sekitar Rp3 miliar bagi calon anggota legislatif (caleg) pendatang baru untuk bisa mendapatkan kursi DPRD Sragen.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Alhamdulillah suara Demokrat Sragen naik, tetapi kursinya tetap lima di DPRD Sragen,” ungkap Budiono saat berbincang dengan wartawan di kediamannya di Sepat, Kecamatan Masaran, Sragen, Jumat (23/2/2024).

Sebenarnya, target realistis yang diharapkan Demokrat Sragen bisa meraih enam kursi, tetapi apa daya mereka kalah dari partai lain. Di Dapil Sragen 5, Demokrat tidak berhasil meraih kursi. Kelima kursi yang diraih Demokrat masih sama seperti di Pemilu 2019 yakni dari Dapil Sragen 1,2,3,4, dan 6.

Mas Bro mengakui jumlah kursi yang diraih demokrat di Dapil Sragen 1 tetap tetapi calegnya berubah. Suara Mas Bro yang menjadi caleg nomor urut 9 mampu mengalahkan suara Harmono yang berada di nomor urut 1. Jadi peraih kursi dari Demokrat di Dapil 1 adalah Budiono. Sementara posisi empat caleg petahana lainnya masih tetap. “Ya, saya ijolan dengan Mas Harmono,” katanya.

Mas Bro melihat dinamika politik di Pemilu 2024 ini berbeda dengan 2019 karena biaya politiknya naik. Orang sudah tidak mau lagi dapat dana transportasi cuma Rp50.000.

“Bahkan masyarakat sudah mewanti-wanti kalau dana transportasi hanya Rp50.000 ga perlu ngasih, karena minimal Rp100.000 per orang. Akhirnya, biaya politik naik dua kali lipat. Rata-rata caleg pendatang baru itu bisa habis di angka Rp3 miliar,” jelasnya.

Sementara bagi caleg petahana, menurutnya, tidak sampai sebanyak itu. “Istilah uang transportasi itu hanya sebagai pengganti untuk mereka yang bekerja. Kalau tidak ada uang transportasi, bisa jadi suara merosot,” sambungnya.

Pemberian uang transportasi itu, dinilainya membuat uang yang beredar di masyarakat naik drastis yang lantas pendorong meningkatnya ekonomi Sragen menjelang pencoblosan.

Mas Bro sendiri awalnya tidak mau bertarung di Pemilu 2024, tetapi DPD Partai Demokrat menghendakinya turun tangan. Ia memutuskan menjadi caleg di menit terakhir pendaftaran sehingga mendapat urutan ke-9.

Meski politik uang menjadi faktor yang berpengaruh dalam politik elektoral, Mas Bro masih meyakini kedekatan caleg dengan masyarakat masih menjadi hal yang fundamental untuk merebut hati pemilih.

Duit Rp3 miliar yang dikeluarkan untuk nyaleg, menurutnya, sulit kembali jika mengandalkan gaji sebagai anggota DPRD. Kecuali seluruh gaji tersebut tidak digunakan sama sekali, itu pun baru impas setelah lima tahun, artinya harus berpuasa selama satu periode menjabat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya