SOLOPOS.COM - Suasana SMAN Jumapolo Karanganyar selama PPKM Darurat pada Senin (13/7/2021). (Istimewa-Hartanta)

Solopos.com, KARANGANYAR — Pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) Darurat membatasi hampir seluruh aktivitas masyarakat di luar rumah. Tidak terkecuali aktivitas guru dan tenaga pendidik di lingkungan sekolah.

Sejak PPKM Darurat diberlakukan pada Sabtu (3/7/2021) hingga Selasa (13/7/2021), praktis tidak banyak aktivitas di sekolah. Masa PPKM Darurat akan berakhir pada Selasa (20/7/2021) namun belum tahu apakah pemerintah akan memperpanjang atau tidak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Apa pun kebijakan pemerintah pusat, pasti membawa dampak positif maupun negatif bagi semua lini kehidupan. Solopos.com berbincang tentang dampak PPKM tersebut dengan guru mata pelajaran Ekonomi kelas 12 di sekolah menengah atas negeri (SMAN) Jumapolo, Kabupaten Karanganyar, Senin (12/7/2021).

Obrolan kami berdua dilakukan melalui sambungan telepon selular. Saat berbincang itulah terdengar suara kicauan burung riuh dari sambungan Hartanta. Dia terkekeh saat Solopos.com menyinggung tentang latar belakang suara saat kami berbincang.

Ekspedisi Mudik 2024

“Iya, sekolah kami memang banyak burung. Ada burung yang dirawat dalam sangkar dan ada yang liar. Bagian belakang sekolah ini kan ada semacam hutan jadi banyak pohon tinggi. Banyak sarang burung,” ujar dia.

Baca juga: Darurat Pendidikan Hingga Ancaman Lost Generation di Masa PPKM Darurat

Burung yang di dalam sangkar, seperti perkutut, kacer, lovebird, dan lain-lain. Hartanta juga mendata burung liar, seperti gereja, prenjak, dan lain-lain. Artinya, Hartanta saat berbincang dengan Solopos.com sedang berada di sekolah. Padahal pemerintah menerapkan aturan 100% work from home (WFH) untuk aktivitas perkantoran.

“Ini memang seharusnya WFH 100%. Tetapi kan tidak semua pelayanan bisa 100% online atau daring. Pada kondisi tertentu, kami membuat jadwal satu sampai tiga orang pegawai datang ke sekolah per hari secara bergiliran. Itu untuk pelayanan publik. Misalnya ada yang mengambil ijazah ke sekolah. Biasanya janjian dulu lewat WhatsApp,” jelasnya.

Seragam Dinas Komplet

Seperti Hartanta hari ini. Dia harus datang ke sekolah karena berkaitan dengan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang dimulai Senin (12/7/2021). Dia mengenakan seragam dinas komplet untuk menyapa 360 orang siswa baru secara daring.

“Jarak rumah saya hanya sepuluh meter dari sekolah. Ya ke sekolah sekalian untuk MPLS,” tutur dia.

Baca juga: Sempat Khawatir, Petugas Satpol PP Karanganyar Di Video Viral Tambal Ban Online Dapat Penghargaan

Lelaki yang menjabat Wakil Kepala (Waka) Kesiswaan SMAN Jumapolo ini menyampaikan dampak pandemi Covid-19 begitu besar bagi penyelenggaraan pendidikan. Suasana sekolah yang sebelumnya riuh teriakan dan suara canda tawa anak-anak saat jam istirahat di halaman, kantin, selasar depan kelas, dan taman. Kini sekolah sepi.

Di SMAN Jumapolo, suara ceria anak-anak di sekolah digantikan suara riuh burung. Hartanta menyebut pandemi Covid-19 membawa dampak positif dan negatif.

“Berjalan lebih dari satu tahun ini penyesuaian luar biasa. Bapak, ibu guru yang tadinya tidak kenal laptop. Diberi motivasi kenal laptop dan aplikasi. Bisa menggunakan WhatsApp, Google Room, Google Class, Google Meet, dan lain-lain. Anak-anak diajak menggunakan handphone untuk pembelajaran sehingga siswa familiar,” jelas dia.

Pemerintah memberikan pemakluman perihal penyelenggaraan pendidikan selama pandemi Covid-19. Hal utama dalam kedaruratan itu siswa dalam posisi sehat, selamat dari Covid-19.

“Kemudian, yang menjadi masalah ayo ditangani bersama. Persoalan teknis saat pembelajaran daring bisa kok diatasi dengan kebijakan tertentu. Teknologi memudahkan pemantauan kerja siswa. Kedaruratan dipahamkan,” jelasnya.

Baca juga: Karanganyar Dapat Jatah 1.000 Dosis Vaksin Untuk Anak 12 Tahun ke Atas, Begini Cara Daftarnya

Kondisi di SMAN Jumapolo berbeda dengan keadaan di Sekolah Calon Perwira (Secapa) Angkatan Darat. Solopos.com bersama belasan rekan wartawan dari sejumlah media di Indonesia berkesempatan berbincang dengan Komandan Secapa AD, Mayor Jenderal (Mayjen) TNI Ferry Zein, secara virtual pada Senin (5/7/2021).

Acara dipandu Direktur Pelaksana Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Nurcholis M. A. Basyari.

Tak Mudah Melaksanakan PTM

Program tersebut dimotori Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP) berkolaborasi dengan PT Paragon Technology and Innovation. Solopos.com tergabung dalam Fellowship Jurnalisme Pendidikan (FJP) Batch 2 tahun 2021.

Pada kesempatan itu Mayjen Ferry Zein menjelaskan Secapa AD melaksanakan pembelajaran tatap muka (PTM). Sebanyak 1.300-an calon perwira digembleng di dalam Secapa AD. Tetapi tidak mudah melaksanakan PTM di tengah lonjakan kasus Covid-19.

Baca juga: Catat Lur! Ruas Jalan di Karanganyar Ini Ditutup 24 Jam Selama PPKM Darurat

Ferry menyampaikan sejumlah upaya yang dilakukan untuk memastikan seluruh peserta didik, guru, dan tenaga pendidikan di lingkungan Secapa AD sehat.

“Tantangan berat menyelenggarakan pendidikan di tengah pandemi. Fokus utama kesehatan terjamin. Secapa AD pernah terjadi kasus [terkonfirmasi positif Covid-19]. Kami belajar dari kejadian itu. Kampus full 1.300 siswa. Perlu kiat agar mereka dibatasi dan tidak terjadi penularan,” jelas dia.



Dimulai dari membuat rencana agar pendidikan aman. Ferry menyebut hal pertama, yaitu penyiapan fasilitas pendidikan. Meski demikian, Ferry mengakui bahwa penyelenggaraan pendidikan di kawasan militer dengan sipil atau umum berbeda.

Solopos.com menyinggung tentang apakah memungkinkan sekolah umum menyelenggarakan pembelajaran tatap muka (PTM) pada kondisi saat ini.

“Sekolah umum dan militer beda. Penyelenggaraan sekolah di luar akan jauh lebih sulit. Penularan virus semakin tinggi. Di kondisi badai Covid-19 seperti sekarang, kami sarankan menunda PTM. Pemerintah menerapkan PPKM Darurat. Itu sudah lampu merah,” jelas dia.

Baca juga: BLK Karanganyar akan Dipakai Lagi Sebagai Tempat Isolasi Terpusat

Ferry sepakat PTM akan lebih ideal ketimbang pembelajaran jarak jauh (PJJ). Hal itu menyangkut tingkat penyerapan peserta didik menerima pelajaran dari guru. Tetapi kondisi saat ini tidak memungkinkan.

Ferry berharap kondisi saat ini akan membaik sehingga sekolah umum bisa menyelenggarakan PTM. Tetapi, Ferry mensyaratkan sejumlah hal sehingga sekolah umum bisa menyelenggarakan PTM. Syarat yang tampak mudah tetapi butuh kerja bersama seluruh pihak terkait.

Satu Visi dan Komitmen Kuat

Dia memberikan sejumlah catatan penting apabila PTM dapat diselenggarakan nanti.

“Apabila kurva penularan per hari atau jumlah aktif Covid-19 turun, mungkin bisa PTM. Tetapi harus diingat bahwa penyelenggara pendidikan harus satu visi, komitmen kuat mengoptimalkan pendidikan supaya siswa aman dan membatasi persebaran. Bisa dimulai dari pelatihan bagaimana menangani siswa dan menyiapkan penyelenggaraan PTM,” jelas dia.

Baca juga: Pak Tuji, Cara Mudah Urus Akta Perkawinan di Disdukcapil Karanganyar

Hal kedua yang harus diperhatikan saat akan menyelengarakan PTM adalah disiplin guru dan tenaga pendidikan. Disiplin melaksanakan protokol kesehatan. Penyelengara pendidikan bisa meminta bantuan TNI/Polri di wilayah masing-masing untuk memastikan disiplin penerapan prokes.

“Risiko tinggi PTM maka harus tanamkan disiplin. Tetapi kan kesadaran masyarakat masih rendah. Masyarakat butuh pengawasan. Minta bantuan TNI/Polri untuk mengawasi ketat sehingga [penerapan prokes] jadi kebiasaan. Terutama mendisiplinkan peserta didik. Setelah berjalan bisa dievaluasi,” urai dia.

Jadi, keputusan menyelenggarakan PTM bukan hanya di tangan pemerintah. Tetapi, masyarakat juga memiliki andil dalam upaya menyukseskan PTM di masa pandemi Covid-19. Apakah Anda siap?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya