SOLOPOS.COM - Pawai Gerobak Sapi. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Pawai Gerobak Sapi. (JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi)

Harianjogja.com, SLEMAN–Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Sidarto Danusubroto ternyata memiliki kenangan dengan gerobak sapi saat masih kecil. Pria yang melewati masa belia di Jogja ini mengaku maniak naik gerobak sapi yang lewat di depannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Gerobak sapi adalah salah satu alat transportasi tradisonal yang masih ada di beberapa daerah termasuk DIY, Klaten, Solo, Boyolali dan sekitarnya. Saya waktu kecil juga suka naik geobak,” kata Sidarto seusai melepas pawai 210 gerobak sapi bertajuk Gerobak Sapi Merdeka 2013 di Lapangan Kridobuwono, Prambanan, Klaten, Sabtu (31/8/2013). Dia juga tak melewatkan kesempatan untuk naik gerobak sapi.

Menurut dia, gerobak sapi pada masa revolusi fisik 1948-1949 atau setelah kemerdekaan sangat berjasa bagi tentara. Gerobak sapi digunakan untuk menyelundupkan senjata, bahan makanan untuk para gerilyawan.

Pawai gerobak sapi berangkat dari Lapangan Kridobuwono, kemudian pawai melewati kawasan Candi Sewu, Candi Prambanan dan kembali ke Lapangan Kridobuwono atau menempuh jarak 5 km. Sabtu siang, Prambanan benar-benar dikepung gerobak sapi selama dua jam.

Ketua panitia, Warjono mengatakan acara ini sekaligus untuk mengenang perjuangan dan peringatan HUT ke-68 Kemerdekaan RI. Menurut dia, di wilayah sekitar Prambanan, baik Kabupaten Sleman dan Klaten masih ada 70-an pemilik gerobak sapi yang tergabung dalam paguyuban Langgeng Sehati.

Saat ini beberapa daerah seperti di Sleman, Kulonprogo, Purworejo, Bantul, Klaten, Sukoharjo, Boyolali juga mulai membentuk paguyuban.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya