SOLOPOS.COM - Ilustrasi upacara pernikahan. (Freepik.com)

Solopos.com, WONOGIRI — Selain faktor budaya tunggon dan pola pikir masyarakat yang lebih suka anak gadisnya menikah lebih cepat, ketiadaan sekolah jenjang SMA sederajat juga dituding menjadi penyebab banyaknya pernikahan dini di Kecamatan Karangtengah, Wonogiri.

Kepala Desa Karangtengah, Agus Mustakin, mengatakan pernikahan dini masih kerap terjadi di wilayahnya. Mereka yang menikah dini pada umumnya anak-anak yang putus sekolah, hanya menamatkan pendidikan SMP.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ketiadaan sekolah jenjang SMA di Kecamatan Karangtengah membuat lulusan SMP setempat banyak yang tak melanjutkan pendidikan. Anak-anak yang menamatkan pendidikan jenjang SMP di Karangtengah dan hendak melanjutkan pendidikan SMA harus keluar kecamatan.

Kondisi itu memicu sejumlah anak enggan melanjutkan sekolah. Apalagi bagi mereka yang dari keluarga miskin. “Dalam setahun, rata-rata ada delapan warga Desa Karangtengah yang mengajukan dispensasi kawin di Pengadilan Agama. Banyak dari mereka yang menikah dini merupakan anak yang tidak melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA atau perguruan tinggi, ” kata Mustakin kepada Solopos.com, Jumat (27/1/2023).

Mustakin menjelaskan selama ini lulusan SMP di Kecamatan Karangtengah yang ingin melanjutkan ke SMA pilihan terdekatnya adalah SMAN 1 Baturetno di Kecamatan Baturetno. Padahal jarak antara pusat Kecamatan Karangtengah dengan dengan SMAN 1 Baturetno lebih kurang 25 kilometer dengan waktu tempuh sekitar 50 menit.

Mustakin berharap pemerintah bisa mendirikan SMA sederajat di Kecamatan Karangtengah. Dengan begitu angka pernikahan dini di kecamatan paling timur Wonogiri tersebut bisa ditekan.

Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng, Uswatun Hasanah, tidak memungkiri Kecamatan Karangtengah belum ada SMA sederajat. Uswatun juga mengakui ketiadaan sekolah menjadi salah satu faktor penyebab pernikahan dini.

Belum Ada Rencana Pembangunan SMA di Karangtengah

Selain itu juga bisa memperpanjang kemiskinan. Kendati begitu, Pemprov Jateng belum ada rencana mendirikan SMA sederajat di Kecamatan Karangtengah.

Menurut dia, mendirikan sekolah membutuhkan anggaran besar sehingga pemerintah tidak bisa serta merta langsung mendirikan sekolah. Ia mengatakan di Jawa Tengah masih ada 16 titik blank spot.

“Belum [akan mendirikan SMA sederajat di Karangtengah]. Tapi kami sudah menyediakan program Paket B dan C. Itu juga jadi salah satu solusi sementara,” kata Uswatun.

Wakil Ketua Komisi IV DPRD Wonogiri, Supriyanto, sependapat bahwa ketiadaan SMA sederajat di Karangtengah menjadi salah satu pemicu tingginya angka pernikahan dini selain budaya tunggon. Tetapi dia memahami mendirikan sekolah bukan perkara mudah karena membutuhkan anggaran besar.

“Dua tahun ini sudah ada program paket C di Karangtengah. Siswanya juga lumayan banyak, tahun lalu ada 140-an. Meningkat dibanding tahun sebelumnya,” kata Supriyanto.

Sementara itu, data Pemprov Jateng di Wonogiri tercatat ada 6.289 anak putus sekolah. Selain Kecamatan Karangtengah, di Kecamatan Batuwarno juga tidak ada SMA sederajat.

Sebelumnya, berdasar data Dinas Sosial Wonogiri, sepanjang Juli-Desember 2022 tercatat ada 77 kasus pernikahan dini. Kecamatan Karangtengah menjadi penyumbang terbanyak dengan 12 kasus disusul Kecamatan Pracimantoro dan Kismantoro masing-masing tujuh kasus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya