SOLOPOS.COM - Ilustrasi elpiji 3 kg alias gas melon. (JIBI/Bisnis/Dok.)

Ketersediaan gas elpiji 3 kg atau elpiji melon di wilayah Boyolali dikatakan aman.

Solopos.com, BOYOLALI—Disperindag Boyolali menyatakan ketersediaan pasokan gas melon 3 kilogram di Kabupaten Boyolali masih aman dan mencukupi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kelangkaan elpiji melon 3 kilogram (kg) hanya terjadi di sebagian kecil wilayah perbatasan Boyolali. Kepala Disperindag Kabupaten Boyolali, Suyitno, mengatakan Disperindag Kabupaten Boyolali secara umum jumlah pasokan gas elpiji di Boyolali masih aman.

“Kami sudah melakukan pengecekan ke beberapa penyalur, dan hasilnya tidak ada masalah. Pasokan elpiji 3 kg untuk wilayah Boyolali masih mencukupi,” kata dia saat dihubungi solopos.com, Sabtu (16/5/2015) sore.

Lebih lanjut Kepala Bidang Perdagangan Boyolali, Y. Supriyanto, mengatakan kelangkaan yang terjadi di sejumlah daerah perbatasan seperti Sawit yang berbatasan dengan Sukoharjo dan Klaten adalah hal yang wajar. Daerah perbatasan rawan terjadi rembesan elpiji, yakni warga dari luar Boyolali yang daerahnya langka elpiji memilih untuk menyerbu elpiji dari perbatasan Boyolali.

“Sulit elpiji hanya di daerah perbatasan saja, selebihnya aman karena di daerah perbatasan seperti Sawit, itu kan dekat dengan Sukoharjo dan Klaten, jadi pembelinya banyak dari luar daerah. Padahal itu tidak boleh karena di luar haknya, karena tiap daerah sudah dijatah sendiri-sendiri,” kata dia saat dihubungi solopos.com, Sabtu sore.

Supriyanto menambahkan sekitar awal Mei Operasi Pasar (OP) pernah dilakukan setelah mendapat laporan kelangkaan elpiji melon di Selo, Boyolali. Namun setelah dilakukan OP, elpiji melon yang terbeli hanya 10 tabung. Menurutnya Ini menandakan kelangkaan tidak benar-benar terjadi.

Pengecer gas melon di Dukuh Gatak Gede, Desa Kateguhan, Kecamatan Sawit, Dondit, 45, mengatakan meski pasokan gas yang diterima dari pangkalan berkurang, hingga Sabtu tidak sampai menimbulkan kelangkaan yang mengakibatkan krisis elpiji di kalangan masyarakat pengguna elpiji. Dondit menjelaskan harga elpiji melon mencapai Rp20.000 di warung-warung kecil.

“Di sini Alhamdulillah meski sempat kiriman gas molor sampai 2 minggu dan kosong beberapa hari, tapi tidak sampai separah di Sukoharjo.” kata dia saat dijumpai Espos, Sabtu.

Pemilik pangkalan elpiji melon di Desa Manukan, Kecamatan Bangak, Lestari, 35, mengatakan pasokan dari agen masih normal. Dia mendapat jatah rata-rata 100 tabung gas per hari. Dia mengaku menjatah ketat distribusi elpiji melon kepada sejumlah pelanggannya.

“Yang diutamakan pelanggan dari Bangak dulu, terutama home industry dan pelaku usaha yang membutuhkan banyak pasokan elpiji, seperti home industry kue dan pedagang bakso keliling. Tiap 3-7 hari sekali saya jatah 3-10 tabung,” kata dia saat dijumpai solopos.com, Sabtu.

Sementara itu Marfuah, 60, warga RT 005/RW 004 Dukuh Kebon Luwak, Desa Ringin Larik, Kecamatan Musuk, Boyolali, mengatakan tidak mengalami kesulitan memperoleh elpiji melon. Dia mengatakan sebagian besar warga masih menggunakan kayu bakar.

“Selain elpiji 3 kg, saya juga pakai kayu bakar untuk masak. Saya pakai elpiji hanya untuk yang butuh dimasak cepat saja,” kata dia saat dihubungi solopos.com, Sabtu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya