SOLOPOS.COM - Para narasumber memberikan penjelasan dalam webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) dengan tema Charging Station Lambat, Kendaraan Listrik Sepi Peminat, yang dipandu Pemimpin Redaksi Solopos, Rini Yustiningsih dan disiarkan di Youtube Espos Live, Kamis (4/8/2022).(Tangkapan Layar Youtube)

Solopos.com, SOLO— Pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) terus dilakukan di Indonesia. Namun masih banyak pertanyaan mengenai ketersediaan fasilitas pengisian dayanya. Untuk itu dinilai perlunya peran semua pihak dalam mendorong pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut.

Dari PUI Baterai Lithium Universitas Sebelas Maret (UNS), Muhammad Nizam, menyebutkan jika bicara mengenai infrastruktur charging station kendaraan listrik, ini tidak lepas dari infrastruktur.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sebab sumber energinya dari listrik, ya kita harus memasukkan energi listrik ke dalam satu wadah yang namanya baterai,” kata dia dalam webinar yang digelar Solopos Media Group (SMG) dengan tema Charging Station Lambat, Kendaraan Listrik Sepi Peminat, yang disiarkan di Youtube Espos Live, Kamis (4/8/2022).

Menurutnya, ke depan tren charging station akan sama seperti tren wifi saat ini. “Kita lihat sekarang, di mana tempat seperti kafe yang ada wifi maka akan ramai. Begitu juga ketika besok sudah banyak orang menggunakan kendaraan listrik. Kalau dia [kafe] tidak bisa mengguankan sistem swap, maka kafenya yang harus dilengkapi charging station sebagai fasilitas,” jelas dia.

Tinggal selanjutnya memperhatikan faktor-faktor lain yang dibutuhkan pengguna. Misalnya saja kecepatan pengisian, lokasi yang tepat dalam membangun tempat pengisian daya tersebut dan sebagainya.

Baca Juga: Asyik, TRAC Tambah Layanan Sewa Mobil Listrik untuk Wisatawan Samosir

Untuk saat ini persebaran charging station masih banyak berada di Jawa. Lalu bagaimana dengan daerah-daerah lain atau bahkan yang ada di wilayah pedalaman? Menurut Nizam hal tersebut dapat diatasi dengan pemanfaatan renewable energy atau energi terbarukan.

“Kita tahu, yang pertama kali menggunakan kendaraan listrik di Indonesia ini adalah di Papua, bukan di Jawa. Kenapa bisa? mereka menggunakan solar panel dan sebagainya, selesai. Itu sangat mungkin,” kata dia.

Hal yang sama juga disampaikan Koordinator Kelaikan Teknik dan Keselamatan Ketenagalistrikan Ditjen Ketenagalistrikan Kementerian ESDM, Didit Waskito. Menurut Didit, kendaraan listrik hanya butuh listrik bukan minyak. Listrik tidak hanya bisa didapat di stasiun pengisian kendaraan listrik umum atau SPKLU, tapi bisa diisi di rumah.

“Bisa dilihat berapa jarak tempuhnya dalam sehari. Pagi berangkat kerja, malam sampai rumah, bisa diisi dayanya di rumah, selama ada listrik sudah bisa. Jadi bukan seperti mobil minyak, kalau tidak ada SPBU bingung. Menurut saya listrik lebih simple,” kata dia.

Baca Juga: Pemerintah Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Capai 5,2 Persen

Terkait pembangunan infrastruktur kendaraan listrik, dia menyampaikan pemerintah sudah sangat serius untuk mengembangkan kendaraan listrik. Hal itu dibuktikan dengan terbitnya Perpres No. 55/2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai Untuk Transportasi Jalan. Kemudian di Kementerian ESDM juga ada Permen ESDM No. 13/2020 tentang Penyediaan Infrastruktur Pengisian Listrik Untuk Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB).

Dijelaskan dalam Permen tersebut menyangkut banyak hal mengenai infrastruktur kendaraan listrik, mulai standar dan keselamatan standaraisasi produk, tarif listriknya dan sebagainya.

Infrastruktur pengisian listrik KBLBB dikenal adanya stasiun penukaran baterai kendaraan listrik umum (SPBKLU) atau swap dan SPKLU. Dalam peraturan itu juga telah diatur termasuk nomor induk berusaha (NIB) dan pengesahaan pendirian badan usaha untuk SPBKLU dan perizinan untuk SPKLU.

Permen juga menyebutkan pemerintah menugaskan PLN untuk menyediakan infrastruktur pengisian listrik untuk kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Dalam melaksanakan penugasan itu PLN juga dapat bekerja sama dengan BUMN dan badan usaha lainnya.

Baca Juga: Pajak Tahunan Mobil Listrik, Benarkah Lebih Murah

“Saat ini kami memiliki roadmap SPKLU dan SPBKLU berdasarkan grand strategi energi nasional (GSEN). Untuk SPKLU target kita di 2021 ada 572, di 2025 ada 6.318 dan di 2030 ada 31.859. Sedangkan SPBKLU pada 2021 ada 3.000 kemudian 2025 ada 17.000 dan 2030 ada 67.000,” kata dia.

Sementara berdasarkan data Kementerian Perhubungan, jumlah KBLBB di Indonesia update 16 Mei 2022, total sebanyak 155 kendaraan dengan sertifikat uji tipe dan 18.794 dengan sertifikat registrasi uji tipe. Kemudian saat ini secara total telah dibangun 332 unit charging station di 279 lokasi publik di Indonesia. Dari jumlah itu ada yang milik PLN ada yang milik swasta. Fasilitas itu tersebar di Jakarta, banten, Jawa Tengah, DIY, Jaw Timur, Bali, Nusa Tenggara, Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Namun lebih banyak terlihat berada di Pulau Jawa.

Terkait Permen tersebut menurutnya, masih memungkinkan untuk adanya revisi. Terlebih dengan melihat perkembangan teknologi dan dinamika pasar yang ada.

Disebutkan juga saat ini Kementerian ESDM terus mendukung percepatan penggunaan KBLBB. Salah satunya dengan secara konsisten melaksanakan public launching untuk mengajak masyarakat menggunakan KBLBB. Kemudian secara aktif melakukan uji coba pekerjaan konversi KBBM roda dua menjadi KBLBB roda dua dan merencanakan konversi kendaraan operasional KESDM secara bertahap.

Baca Juga: Motor Listrik Besar Arc Vector Punya Suspensi Unik

Harus Bergerak Bersama

Kementerian ESDM juga telah menyiapkan website khusus KBLBB untuk merekam komitmen stakeholders terkait rencana penggunaan KBLBB. Memberikan dukungan berupa pelatihan konversi KBBM roda dua menjadi KBLBB roda dua kepada bengkel lokal maupun menyediakan magang untuk siswa SMK. Hingga memasukkan program KBLBB sebagai salah satu program strategis di grand strategi nasional 2021-2040.

Lalu apakah benar penyediaan charging station yang lambat, membuat kendaraan listrik sepi peminat?

Kembali ditegaskan oleh Nizam, perlu ada peran semua pihak. “Bahasa ekstrem saya, perlu dipaksa. Pemerintah harus berperan, swasta harus bergerak. Kenapa demikian? Charging station sediakan dulu. Jika sudah tersedia, siap dulu iklimnya. Konsepnya harus bergerak bersama. Kita coba melihat ini bukan lagi di awang-awang. Ini sudah di depan mata, jalani saja tidak mungkin mundur. Tinggal majunya mau jalan atau lari,” kata dia.



Dia menjelaskan dalam sebuah ekosistem, biasanya ketika muncul industri kendaraan, kendaraan dulu diciptakan baru kemudian membuat baterainya. “Nah kendaraannya itu ada, harus diciptakan infrastrukturnya dulu. Sama seperti pemerintah saat ini, jadi membangun infrastruktur untuk bisa mendatangkan investasi, itu kuncinya. Satu lagi, harga produk harus terjangkau masyarakat,” jelas dia.

Sementara itu dari sisi produsen baterai, saat ini sudah mulai muncul industri lokal yang membuat baterai kualitas baik. CEO Batex, Rina Wiji Astuti, mengatakan Batex merupakan startup company yang memproduksi baterai lithium ion untuk kendaraan listrik maupun sistem penyimpanan energi.

Baca Juga: Jangan Telat! Ini Syarat Perpanjang SIM C, Bisa Lewat SIM Keliling Solo

Batex mulai muncul pada 2012, yang lahir dari program inkubasi di UNS. “Saat itu kami dan tim turut serta pada 2012 di program mobil listrik nasional dan turut serta dalam pengembangan baterai lithium di Indonesia,” kata dia.

Salah satu alasan munculnya Batex adalah ingin turut andil dalam produksi baterai lokal. “Kami melihat kebutuhan baterai sekarang mulai meningkat. Di sisi lain sebagian besar baterai di Indonesia merupakan produk impor,” kata dia.

Berlokasi di Laweyan Solo, Batex memproduksi cell dengan berbagai macam material aktif. Produk unggulannya adalah baterai lithium ion dengan material aktif lithium pirofosfat. Kelebihannya adalah tingkat keamanan produk.

“Kalau terjadi arus pendek tidak potensi meledak. Dari segi sustaineble produk, umumnya pemakaian bisa lebih lama, setara 8 tahun pemakaian ketika dimanfaatkan setiap hari,” jelas Rina.  Selain bisa dimanfaatklan untuk mobil listrik juga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya seperti peralatan elektronik. (Bayu Jatmiko Adi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya