Ketanggor Koran

Setiap pekan Jon Koplo diutus perusahaan tempatnya bekerja untuk dinas ke Jogja. Demikian pula yang terjadi pada pekan lalu, karyawan sebuah instansi swasta di Solo ini pergi ke Jogja naik KA Prameks. Ia duduk bersebelahan dengan seorang bapak-bapak, sebut saja Tom Gembus yang sejak dari Solo tampak ngganyik membaca koran.

Sampai di Delanggu, Tom Gembus masih asyik membaca. Namun setelah sampai Klaten Gembus tertidur dan korannya digeletakkan di kursi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Melihat koran gemlethak di kursi, timbul pikiran pokil Koplo. “Muga-muga mengko korane ditinggal. Arep tak jupuk. Lumayan, gratis,” batin Koplo. Maklum, ia sudah beberapa kali mendapatlkan koran gratis dengan cara seperti itu.

Jon Kopklo hafal betul dengan kebiasaan beberapa penumpang Prameks. Biasanya mereka membeli koran hanya dibaca bagian-bagian penting saja untuk mengisi waktu luang. Setelah tiba di stasiun tujuan, koran itu ditinggalkan begitu saja di kursi.

Menjelang Stasiun Tugu, Tom Gembus terbangun dan siap-siap turun. Demikian juga dengan para penumpang lain. Tapi Jon Koplo tidak segera beranjak. Ia menunggu sampai penumpang di sekitarnya turun sambil matanya plirak-plirik mengincar koran yang akan diembatnya.

Sambil mencangking tas, Gembus berjalan mendekati pintu keluar. Melihat Gembus sudah meninggalkan kursi, dengan cekatan tangan Koplo langsung menyambar koran di sampingnya untuk dimasukkan ke dalam tas.

Tetapi ketika separuh koran sudah masuk ke dalam tas, tiba-tiba ada suara memperingatkannya. “Hlo, Mas, itu koran saya kan? Tadi ketinggalan. Jangan diambil!”

Mak prempeng! Jon Koplo kaget saknalika. Ia tidak mengira babar blas kalau Tom Gembus balik lagi untuk mengambil korannya. Dengan wajah abang-ireng ia terpaksa mengembalikan koran milik Gembus.

Krisnanda Theo Primaditya, RT 004/RW 019 No 15 B Mojosongo, Solo