SOLOPOS.COM - Ada sejumlah fakta varian "Eek" yang perlu diketahui (ilustrasi/Bisnis-Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA--Ada sejumlah fakta varian "Eek" dari Jepang sekarang tengah ramai menjadi bahan pembicaraan. Di Jepang, khususnya Tokyo, varian ini ditemukan pada 70 persen kasus yang ditemukan bulan lalu.

Pada 10 kasus yang ditemukan di Tokyo Medical and Dental University, pasien tidak punya riwayat perjalanan ke luar negeri. Mutasi baru ini ditemukan pada 10 dari 14 orang yang dites positif terkena virus di Rumah Sakit Medis Universitas Kedokteran dan Gigi Tokyo pada Maret 2021.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Apakah itu varian "Eek"? Tips kesehatan kali ini membahas sejumlah fakta varian "Eek" dari Jepang.

Varian "Eek" sebenarnya adalah mutasi E484K. Setelah dilaporkan ditemukan di Jepang, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kini baru saja melaporkan satu temuan kasus di Indonesia, yang belum disebutkan lokasinya.

Baca Juga: Ketahui 5 Kesalahan Sarapan Yang Sering Dilakukan Tanpa Sadar

Beberapa fakta terkait varian "Eek" adalah sebagai berikut sebagaimana dikutip dari detikcom, Senin (5/4/2021):

1. Sebenarnya bukan varian virus Corona

Sebenarnya Eek alias E484K bukanlah sebuah varian virus Corona, melainkan mutasi yang terjadi pada virus Corona. Beberapa varian memiliki mutasi ini, di antaranya varian Inggris B117 dan varian Afrika Selatan B1351.

Di kalangan beberapa ilmuwan, mutasi ini dikenal dengan julukan 'Eek' atau 'Eric'.

Dikutip dari 9News, mutasi mengubah protein lonjakan yang digunakan virus untuk memasuki sel manusia. Yang dikhawatirkan, mutasi ini tidak dikenali oleh sistem kekebalan tubuh sehingga virus tidak dapat dilawan, meski tubuh telah menerima vaksin Covid-19 sebelumnya.

Baca Juga: Begini Cara Jaga Ibu Tetap Waras Kala Pandemi

E484K ini disebut escaped mutant, yakni versi mutan virus Corona yang terbukti dapat lepas dari antibodi pada tubuh yang dibentuk oleh vaksin.

2. Varian yang mengandung "Eek"

Fakta varian "Eek" berikutnya adalah mutasi E484K ditemukan pada mutasi virus Corona asal Afrika Selatan yakni B1351. Namun seiring perkembangannya, mutasi ini juga ditemukan pada varian di Inggris B117 dan varian P1 di Brazil.

3. Pengaruh "Eek" pada efektivitas vaksin

Fakta varian "Eek" berikutnya adalah mengurangi efektivitas vaksin. Menurut penelitian di Afrika Selatan, ada kemungkinan varian Eek membentuk kombinasi dengan mutasi lain. Maka itu dikhawatirkan, vaksin Corona yang ada kini tak mempan mengatasi infeksi oleh mutasi E484K.

Uji coba University of Witwatersrand di Johannesburg, Afrika Selatan menunjukkan, vaksin AstraZeneca mengurangi gejala Covid-19 ringan hingga sedang hanya sebanyak 22 persen.

Lainnya, vaksin Novavax mengklaim vaksinnya 89 persen terbukti efektif melalui uji coba Fase 3 di Inggris. Namun dalam uji coba Fase 2b lainnya di Inggris, Novavax terbukti hanya bekerja efektif 60 persen.

Baca Juga: Simak Nih! Cara Hilangkan Noda Kosmetik Di Masker Kain

Sedangkan berdasarkan uji coba Fase 3 vaksin Johnson & Johnson, terdapat sejumlah laporan berbeda soal efektivitas vaksin. Uji coba di Amerika Serikat menunjukkan efektivitas 72 persen, sementara di Afrika Selatan tercatat 57 persen.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya