SOLOPOS.COM - Ilustrasi alih fungsi lahan (JIBI/Harian Jogja/Solopos)

Harianjogja.com, JOGJA– Laju konversi lahan yang tidak terkendali di DIY bisa memicu krisis ketahanan pangan.

Kepala Bidang Ketersediaan Pangan, Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan DIY Syam Arjayanti menandaskan apabila laju konversi lahan yang terus-menerus berlangsung tidak terkendali, dampaknya akan berakibat pada ketahanan pangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Krisis ketahanan pangan akan terjadi karena lahan pertanian semakin menyempit.

“Akibatnya pemerintah daerah akan sulit merealisasikan swasembada beras. Sawah berkurang, beras juga akan semakin menipis ketersediaannya. Hargapun juga akan ikut melonjak,” tandas Syam, akhir pekan lalu.

Mengacu pada Perda Nomor 10 tahun 2011, mencantumkan luas lahan pertanian produktif yang harus dipertahankan seluas 35.911,59 hektar. Lahan tersebut merupakan lahan produktif yang jangan sampai dijual ke pihak lain.

Lahan tersebut sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan. Pembagiannya Sleman luas lahan 12.377,59 hektar, Bantul 13.000 hektar, Kulonprogo 5.029 hektar dan Gunungkidul 5.505 hektar.

“Sampai saat ini lokasi lahan tersebut belum tahu diketahui. Tetapi kami harap pemerintah segera melakukan tindakan untuk mengerem laju konversi lahan produktif agar tidak terus tergerus alih fungsi lahan,” pungkas Syam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya