SOLOPOS.COM - Ilustrasi Kekeringan (Solopos/Whisnupaksa)

Solopos.com, KLATEN – Warga di tiga wilayah RT Dukuh Sawit, Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah selama dua tahun terakhir rutin mengangsu saat kemarau tiba. Hal ini terjadi karena wilayah desa mereka mengalami kekeringan.

Saban hari rata-rata warga mengangsu ke sumur-sumur warga ataupun sumur yang ada di tengah lahan persawahan yang masih terdapat air. Sementara itu, bantuan air bersih dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Klaten rutin mengalir ke wilayah dukuh tersebut. Kesulitan mendapatkan air bersih itu terutama dialami warga di wilayah RT 01, RT 02, dan RT 03.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu warga RT 01, Dukuh Sawit, Pariyem, 55, mengatakan saban hari dia mengambil air dari sumur di tengah persawahan menggunakan dua jeriken air. Sumur berjarak ratusan meter dari rumah Pariyem. Untuk mengambil air, Pariyem menumpangkan jeriken ke sepeda kayuh.

“Biasanya cukup untuk satu hari,” kata Pariyem saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Kamis (26/8/2021).

Baca juga: Hore! BRT Transjateng Layani Rute Semarang-Grobogan

Pariyem mulai ngangsu sejak Ramadan lalu. Air yang dia ambil dari sumur digunakan untuk kebutuhan memasak dan air minum. “Untuk mandi dan mencuci biasanya di sumur,” jelas dia.

Upaya untuk menggali sumur di dekat rumah sudah dilakukan warga. Hanya saja, di bawah tanah dekat rumah warga rata-rata tak ditemukan potensi air. Justru, air ditemukan di bawah tanah yang berada di sawah.

Warga RT 01 lainnya, Waljiyem, 50, mengatakan awalnya ada sumur program Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas). Namun, beberapa tahun terakhir air dari sumur Pamsimas macet terutama saat kemarau.

Waljiyem mengatakan sudah ada bantuan air bersih yang rutin di distribusikan ke bak penampungan sumur Pamsimas. Namun, warga tetap ngangsu ke sumur-sumur terdekat yang masih mengeluarkan air saat kemarau tiba. “Harapannya sumur Pamsimas bisa berfungsi kembali,” kata dia.

Baca juga: Derita Member Arisan Aleghoz Sragen, Kini Tak Punya Biaya Berobat Anak

Ketua RT 03 Dukuh Sawit, Warno, 74, mengatakan kesulitan air bersih saat kemarau sudah berlangsung dua tahun ini gegara air sumur Pamsimas tak optimal. Sumur Pamsimas yang ada di RT 03 selama ini dimanfaatkan oleh warga satu RT terdiri dari 40 keluarga. “Satu-satunya jalan sumur diperdalam lagi,” kata Warno.

Warno mengatakan warga dan pemerintah desa sudah berupaya untuk memaksimalkan sumur Pamsimas atau mencari sumber air lainnya. Belum lama ini, warga berhasil menggali sumur sedalam 60 meter yang digadang-gadang bisa mengatasi persoalan air bersih warga satu RT ketika kemarau tiba.

“Ini warga sudah berusaha. Sudah mendapatkan dana dari anggota DPRD untuk mencari mesin bor dan mengebor sendiri. Ini sudah mulai mengebor alhamdulillah 60 meter sudah berhasil [mendapatkan air]. Saat ini mulai disalurkan,” kata dia.

Baca juga: Sering Makan Korban Jiwa, Bupati Sragen Ingin Pemasang Jebakan Tikus Didenda

Warno menjelaskan bantuan air bersih dari BPBD rutin disalurkan ke bak penampuan air dari program Pamsimas. Dari bak tersebut, air langsung disalurkan ke rumah-rumah warga. Namun, sebagian warga ada yang memilih tetap ngangsu ke sumur-sumur terdekat demi mendapatkan air bersih.

Berdasarkan data yang dihimpun dari BPBD Klaten, bantuan air bersih sudah disalurkan ke lima desa yang mulai mengalami krisis air bersih salah satunya Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat. Hingga Kamis (26/8/2021), jumlah total air bersih yang sudah didistribusikan ke Ngerangan sebanyak 113 tangki ukuran 5.000 liter.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya