Solopos.com, KARANGANYAR — Tabur ayam, menjadi ciri khas tradisi Mondosio di wilayah Pancot, Kelurahan Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar. Tabur ayam menjadi acara yang ditunggu-tunggu masyarakat yang menyaksikan pelaksanaan tradisi tersebut.
Taburan ayam atau pelepasan ayam hidup biasanya dilakukan di akhir rangkaian acara Mondhosio di lingkungan tersebut. Pelepasan ayam dilakukan sebagai upaya saling berbagi sebagai bentuk rasa syukur masyarakat. Menurut warga setempat, Darno, biasanya pelepasan ayam dilakukan warga yang bernazar.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
“Misalnya bernazar [melepas ayam] setelah sembuh dari sakit, atau hasil panennya bagus, dan sebagainya,” kata dia, Selasa (30/11/2021).
Di hari itu tradisi Mondosio kembali digelar warga Pancot setelah beberapa waktu lalu tradisi ini ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek). Ratusan warga berdatangan di lokasi pelaksanaan tradisi, yakni di pendapa setempat.
Baca Juga: Tradisi Mondosio Kembali Digelar di Tawangmangu Setelah Masuk WBTB
Setelah melihat atraksi tari reog, sebagian warga lalu terlihat bergerak mendekati pendapa. Mereka tidak masuk, namun berdiri di seputar pendapa itu.
Ternyata mereka menunggu acara pelepasan ayam. Setelah ada beberapa warga yang melepas ayam, mereka pun buru-buru berebut mendapatkan ayam tersebut. Pelepasan ayam itu pun cukup unik. Ayam tidak dilepas begitu saja ke jalan. Namun ayam dilepaskan ke atas atap pendapa.
Hal itu yang juga menjadikan acara tersebut terlihat seru. Sebab warga yang berebut ayam juga tidak tahu, ayam akan turun dari sisi atap pendapa sebelah mana. Bahkan ada beberapa orang yang berupaya menaiki atap pendapa dan memukul-mukul atap pendapa untuk menakut-nakuti ayam yang tidak kunjung bergerak ke tepi atap. Ayam-ayam itu justru terlihat nangkring di puncak atap pendapa.
“Kalau saya memang yang saya tunggu-tunggu adalah tabur ayam ini. Pasti ramai,” kata Darno. Meskipun selama ini dia juga tidak pernah ikut berebut ayam-ayam itu.
Baca Juga: Tradisi Mondisio Juga Digelar di Candi Cetho, Berlangsung Lebih Khidmat
Pelepasan Ayam Jadi Ciri Khas
Berbeda dengan warga lain, Alan, yang datang dari Kelurahan Tawangmangu. Dia yang datang bersama temannya, sejak awal sudah tertarik untuk mencoba keberuntungan menangkap ayam. Tampaknya, hari itu adalah hari keberuntungannya, sebab dia berhasil menangkap satu ekor ayam. “Mau disembelih ini nanti,” kata dia.
Ada sekitar 10 ekor ayam yang terlihat dilepaskan di atap pendapa itu. Setelah satu per satu ayam tertangkap, warga pun sebagian mulai meninggalkan lokasi acara.
Kasi Trantib Kelurahan Kalisoro, Santoso, mengatakan pelepasan ayam itu merupakan ciri khas dari pelaksanaan Mondosio di Pancot. Sebab, meski acara Mondosio juga digelar di daerah lain di lereng Gunung Lawu, hanya di Pancot yang ada acara pelepasan ayam.
“Itu bisa dikatakan sebagai bentuk syukur. Syukur kan bukan hanya ucapan, tapi bisa diwujudkan korban atau sedekah dengan barang yang kita senangi, di mana di sini disimbolkan dengan ayam. Dengan rasa ikhlas mengeluarkan sedikit rezeki untuk menghibur orang lain. Itu yang sangat menarik dan ditunggu-tunggu. Semakin banyak ayam akan semakin seru,” kata dia.
Baca Juga: Asyik… Ada Pasar Kuliner di Candi Cetho Karanganyar
Menurut Lurah Kalisoro, Danang Abimanyu, dalam acara itu bukan saja warga sekitar yang bisa melepaskan ayam. “Warga di luar Pancot, atau pengunjung juga bisa ikut melepas,” tuturnya.
Ayam yang dilepas, nanti bisa dimiliki warga lain yang berhasil menangkap. Bisa dimasak atau dipelihara.