SOLOPOS.COM - Kondisi Taman Anak Merdeka dan bangunan sanggar seni di Danukusuman, Kecamatan Serengan, Solo, sepi dan tak terawat, Rabu (11/3/2015). Taman yang diresmikan Joko Widodo saat menjabat Wali Kota Solo pada tahun 2010 itu ditutup karena menjadi tempat pacaran dan bolos sekolah. (Muhamad Muchlis/JIBI/Solopos)

Seni budaya Solo, ratusan sanggar seni berada di Kota Bengawan.

Solopos.com, SOLO–Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Solo sedang memetakan kebutuhan bagi sanggar seni budaya di Kota Bengawan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kepala Disbudpar Solo, Eny Tyasni Suzana, mengatakan Disbudpar mencatat ada sebanyak 388 sanggar seni budaya pernah hidup di Solo. Namun, menurut dia, Disbudpar belum mengetahui secara pasti kondisi terbaru dari ratusan sanggar seni budaya tersebut pada 2016. Eny ingin semua sanggar di Solo bisa tetap hidup dan terus berkembang.

Ekspedisi Mudik 2024

“Disbudpar pernah mencatat, jumlah sanggar seni budaya di Solo cukup banyak. Ratusan sanggar tersebar di berbagai kelurahan. Namun, kami sekarang tidak tahu, apakah sanggar segitu masih eksis? Atau malah mati suri?” kata Eny saat menjadi pembicara dalam Sarasehan Budaya Pengelolaan Sanggar Seni Budaya di Gedung Wayang Orang (GWO) Sriwedari, Kamis (2/6/2016).

Eny berharap forum sarasehan yang dihadiri perwakilan dari seratusan sanggar seni budaya di Solo tersebut mampu menemukan berbagai persoalan sekaligus mencari solusi demi kebaikan sanggar. Menurut dia, keaktifan kegiatan di sanggar seni budaya sangat berpengaruh untuk membangun Solo sebagai Kota Budaya. Eny berharap pengurus sanggar tidak sungkan berkonsultasi dengan Disbudpar.

“Solo sangat terkenal sebagai Kota Budaya. Keberadaan sanggar sebagai komponen penting untuk membangun kegiatan seni budaya di Solo. Sehingga kita [Disbudpar dan sanggar] perlu bersinergi. Kami ingin mengetahi permasalahan apa yang dihadapi pengurus sanggar? Fasilitas apa juga yang dibutuhkan? Maka perlu saling berkomunikasi,” jelas Eny.

Eny menyampaikan Disbudpar hampir 2,5 tahun terus mengamati keberadaan berbagai sanggar seni budaya di Solo. Dia merasa Disbudpar sudah memberikan ruang apresiasi kepada sanggar seni budaya di Kota Bengawan. Eny menyebut banyak event budaya di Solo yang telah menggandeng berbagai sanggar. Namun, dia mengakui, Disbudpar belum sepenuhnya mewadai semua sanggar.

“Sanggar-sanggar yang berpartisipasi pada event kota tentunya harus memenuhi kualifikasi standar. Kami tidak bisa mengajak semua sanggar. Maka dari itu, kami juga meminta kepada pengurus sanggar untuk terus maju. Pemkot juga banyak kedatangan tamu yang. Teman-teman bisa kami ajak untuk tampil di depan mereka. Namun, tetap tetap yang memenuhi kualifikasi,” papar Eny.

Pemilik Sanggar Tari Semarak Chandra Kirana Art Center, Irawati Kusumorastri, mengajak pengurus sanggar di Kota Bengawan untuk giat membangun jaringan. Tanpa memiliki jaringan yang kuat, menurut dia, sebuah sanggar seni budaya tidak akan mudah berkembang. Irawati mencontohkan sebuah sanggar tidak bisa selamanya mengandalkan pendanaan dari pemerintah, melainkan harus menggaet pihak swasta atau sponsor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya