SOLOPOS.COM - Penampilan jathilan dari pelaku seni di Desa Glagah saat membuka Festival Adiluhung Kulonprogo 2015 yang digelar di kawasan Laguna Pantai Glagah, Rabu (19/8/2015). (Harian Jogja/Holy Kartika N.S)

Kesenian Kulonprogo dan penampilan dari Kraton Ngayogyakarta serta Pura Pakualaman memeriahkan Festival Adiluhung Kulonprogo 2015

Harianjogja.com, KULONPROGO – Festival Adiluhung Kulonprogo 2015 memperkenalkan kesenian tradisi Kraton Ngayogyakarta dan Pura Pakualaman. Festival yang digelar di pinggir Laguna Pantai Glagah itu diharapkan dapat memicu kreasi dan kecintaan warga Kulonprogo terhadap budaya.

Promosi Santri Tewas Bukan Sepele, Negara Belum Hadir di Pesantren

Koordinator Pokja Penguatan Kelembagaan Pelestari Warisan Budaya Dinas Kebudayaan DIY Guntur Prabawanto mengatakan, acara tersebut merupakan rangkaian kegiatan yang telah digelar di tiga kabupaten dan kota.

“Kulonprogo kabupaten terakhir penyelenggaraan festival ini. Visi kami mengenalkan budaya dan seni tradisi Kraton Ngayogyakarta dan Pura Pakualaman,” ujar Guntur di sela acara Festival Adiluhung Kulonprogo, Rabu (19/8/2015).

Guntur mengatakan, melalui festival ini diharapkan masyarakat dapat memiliki greget untuk berkesenian. Selain memperkenalkan kesenian tersebut, budaya dan kesenian lokal juga tidak ditinggalkan.

Lebih lanjut Guntur menjelaskan, tidak hanya menampilkan seni budaya saja. Acara tersebut juga digelar dialog warga dengan mendatangkan sejumlah narasumber. Dialog digelar untuk membuka pemahaman masyarakat tentang keistimewaan, budaya DIY dan dana keistimewaan.

“Warga bisa berinteraksi langsung dengan narasumber, menanyakan manfaat serta penggunaan dana tersebut bagi kelangsungan budaya dan tradisi,” jelas Guntur.

Kesenian yang ditampilkan dari Kraton Ngayogyakarta yakni Beksan Srimpi Pandhelori dan Beksan Sugriwo Subali. Sedangkan kesenian tradisi yang ditampilkan Pura Pakualaman yakni Beksan Golek Cluntang dan Beksan Manggalatama.

Kades Glagah Agus Parmono menambahkan, festival ini begitu dinanti masyarakat Kulonprogo, khususnya warga Desa Glagah. Pasalnya, kesenian ini termasuk jarang dikenal dan jarang ditampilkan secara luas. Dia mengatakan, merupakan kesempatan yang langka dapat menyaksikan beberapa tarian tradisi yang hanya ditampilkan di Kraton maupun di Pura Pakualaman.

“Kami senang festival ini digelar di sini. Melalui festival ini kami juga memiliki kesempatan untuk menunjukkan budaya yang dimiliki desa ini. Seperti Jathilan, ketoprak dan karawitan anak,” jelas Agus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya