SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok/JIBI/SOLOPOS)

Kesenian Jogja untuk jumlah penonton JPF ditarget bertambah dibanding tahun lalu.

Harianjogja.com, JOGJA-Dinas Pariwisata (Dispar) DIY menaikkan target penonton Jogja Percussion Festival (JPF) 2015 yang digelar di Monumen Serangan Oemeom 1 Maret dan Panggung Kinara Kinari Prambanan, Kamis dan Jumat (20-21/8/2015) mendatang. Sebanyak 1.000-an penonton diprediksi akan datang dan melihat pertunjukan perkusi atau 40% lebih banyak jika dibandingkan dengan penonton pada tahun lalu yang berjumlah 600-an orang.

Promosi Mendamba Ketenangan, Lansia di Indonesia Justru Paling Rentan Tak Bahagia

Kepala Bidang Pemasaran Dispar DIY Imam Pratanadi merasa optimistis jumlah penonton pada tahun ini lebih banyak jika dibandingkan tahun lalu karena penyelenggaraan JPF lebih spesial dari segi kualitas pengisi acara.

“Kami lebih selektif dan beragam memilih pengisi acara,” ujarnya dalam jumpa pers JPF di Dispar DIY, Selasa (18/8). Perbedaan lainnya, urai dia, JPF kali ini lebih bervariasi dari aspek genre perkusi, alat musik yang digunakan, keterlibatan musikus dari berbagai generasi, dan durasi penampilan lebih panjang.

Disebutkannya, terdapat 13 grup perkusi dari enam kota akan unjuk gigi pada acara bertema RE-ConnectCussion, antara lain, Bambosa, Grove N Roll, Cah Blaka, Duo Percussion, Kesper, dan sebagainya.

Imam mengungkapkan, grup perkusi pendatang baru, seperti Siger Percussion dari Lampung, Saedrum Fighter dari Semarang, dan Svara Samsara dari Jogja akan menawarkan ide, kreativitas, dan bunyi baru dalam dunia perkusi Indonesia.

“Festival ini bertujuan untuk mengembangkan, memelihara, dan mempromosikan seni musik perkusi sekaligus bentuk apresiasi kepada musikus yang aktif dan berdedikasi bagi dunia perkusi Indonesia,” jelasnya. Ditambahkannya, tontonan ini gratis dan terbuka bagi siapa saja.

Salah satu panitia acara Bagas Ermadi dari Total Percussion menjelaskan peserta yang tampil tahun ini lebih profesional. Artinya, mereka mengawali karier sebagai musikus perkusi sudah lama dan bukan sekadar pemain amatir.

“Terlebih, pada awal 2000-an sempat bermunculan banyak grup perkusi di Jogja,” terangnya. Genre yang dimainkan, jabar dia, meliputi, taiko, world percussion, calung tradisional, African percussion, orkestra perkusi dan gamelan bali, dan sebagainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya