SOLOPOS.COM - Sejumlah pekerja beristirahat di tengah pembuatan perahu getek wisata di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Klaten, Kamis (10/9). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Usaha jasa perahu getek di Rawa Jombor, Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah (Jateng) belakangan menggeliat. Perahu yang mengantar wisatawan mengelilingi rawa itu menjadi alternatif wisata di tengah pandemi Covid-19.

Di balik menggeliatnya usaha itu, ada kekhawatiran soal jaminan keselamatan bagi para penumpang. Minimnya jumlah pelampung atau peralatan keselamatan lain serta tak ada tim SAR di lokasi membuat sebagian orang waswas.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemkab Klaten juga turun tangan membahas faktor keselamatan termasuk protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang belum diterapkan para pelaku usaha perahu getek.

Pada 3 September 2020 lalu, para pelaku usaha dikumpulkan menggelar rapat dengan pemkab serta perwakilan Pemprov Jateng. Dari pertemuan itu, pelaku usaha perahu getek membuat sejumlah kesepakatan.

Ekspedisi Mudik 2024

Mereka sanggup mematuhi keselamatan penumpang serta protokol pencegahan Covid-19. Selain itu, para pelaku usaha sepakat membentuk paguyuban.

Sutomo, 48, menjadi koordinator paguyuban pelaku usaha perahu getek Rawa Jombor tersebut. "Hasil kesepakatan memang seperti itu [sanggup mematuhi protokol keselamatan dan kesehatan pencegahan Covid-19]," kata Sutomo saat ditemui Solopos.com di Rawa Jombor, Kamis (10/9/2020) siang.

Waduh Biyung! Kasus Positif Covid-19 di Sragen Tambah 42

Soal faktor keselamatan, para pelaku usaha sanggup menyediakan pelampung sejumlah penumpang yang naik. Artinya, setiap penumpang mengenakan pelampung. Saban perahu juga ditempatkan kru kapal selain nahkoda. Masing-masing kapal juga diberi pagar pembatas.

Jalur

Pelaku usaha perahu Rawa Jombor Klaten saat ini juga sudah mengatur jalur perahu getek wisata. Jalur itu diberi penanda berupa bendera. Dengan cara tersebut, usaha perahu getek wisata diharapkan tak mengganggu aktivitas para nelayan.

Soal faktor kesehatan untuk mencegah persebaran Covid-19, setiap orang yang naik ke kapal wajib mengenakan masker. Selain itu kesanggupan untuk membatasi jumlah penumpang termasuk mengatur jarak antar penumpang. "Saya sendiri diusahakan yang duduk di satu kursi itu masih satu keluarga," kata dia.

Dari hasil kesepakatan itu para pelaku usaha meminta waktu selama dua pekan sejak pertemuan dengan pemkab untuk menyiapkan sarana dan prasarana keselamatan terutama pelampung.

"Terus terang yang sulit mendapatkan itu pelampung. Saat ini sudah ada yang mulai menyediakan pelampung sesuai jumlah penumpang," ungkap Sutomo.

Sutomo menuturkan perahu getek sudah sejak lama ada di Rawa Jombor. Awalnya, perahu itu hanya muncul saat musim libur Lebaran tiba. "Dulu adanya setiap Lebaran. Sekarang hampir setiap hari ada. Ya beroperasi setiap hari itu dua bulan terakhir," jelas dia.

Sutomo menuturkan beroperasinya perahu getek wisata itu bermula ketika sepinya warung apung pada Lebaran tahun ini menyusul ada pandemi Covid-19. Atas kondisi itu, sejumlah pengusaha perahu getek berinisiatif beroperasi di tepian rawa yang mulai diramaikan warga terutama saat sore tiba.

Namun, beroperasinya perahu getek wisata ke tepian itu belum terlalu menarik minat pengunjung. Pengusaha pun mulai berani banting harga agar perahu mereka ramai pengunjung dari Rp10.000/orang menjadi Rp5.000/orang. "Akhirnya ramai," kata Sutomo.

Diantar Suami Temui Pria, PSK Asal Solo Meninggal di Kamar Hotel

Pelaku usaha perahu getek wisata di Rawa Jombor Klaten kini bermunculan. Saat ini, ada sekitar 16 perahu yang beroperasi di Rawa Jombor mulai sore hingga malam.

Kelayakan

Soal faktor kelayakan perahu getek, Sutomo meyakini jika perahu getek aman ditumpangi meskipun hasil rakitan. Bahan untuk membuat perahu itu diantaranya styrofoam serta bambu. Ukuran perahu ada yang memiliki panjang 10 meter hingga 11 meter dengan lebar sekitar 3 meter.

"Dari sisi konstruksi, meskipun rakitan saya yakin betul keselamatan perahu terjamin," jelas dia.

Lebih lanjut, Sutomo berharap keberadaan perahu getek wisata itu tak dilarang dengan para pelaku usaha sanggup menaati protokol keselamatan dan kesehatan.

"Mudah-mudahan ada tanggapan yang baik dari pemerintah agar usaha ini bisa terus berlangsung. Karena ini juga menambah perekonomian masyarakat. Setidaknya, satu perahu itu ada lima orang yang menggantungkan hidup di sana," kata dia.

Kepala Desa (Kades) Krakitan, Nurdin, mengatakan sesuai hasil pertemuan para pelaku usaha yang membentuk paguyuban sanggup mematuhi protokol keselamatan serta kesehatan. "Mereka yang akan menyiapkan soal aturan keselamatan serta protokol Covid-19," jelas dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya