SOLOPOS.COM - RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. (Akhmad Wakid/JIBI/Solopos)

Dua anak penderita gizi buruk dirawat di RSUD Wonogiri.

Solopos.com, WONOGIRI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri melakukan tindakan cepat untuk mengurangi jumlah balita gizi buruk di Wonogiri. Dua anak usia bawah lima tahun (balita) langsung dirawat inap di RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso, Kamis (1/2/2018).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Mereka dirawat inap setelah sebelumnya diperiksa di RSUD bersama semua anak balita lainnya yang masuk kategori gizi buruk, Kamis pagi. Dari pemeriksaan tersebut diketahui satu balita asal Purwantoro mengalami kelainan jantung bawaan.

Sementara satu balita lainnya asal Sidoharjo, kategori stunting, yakni tinggi badan menurut umur belum proporsional. Keduanya sama-sama berumur 2,5 tahun.

“Ada dua balita yang menjalani rawat inap setelah dilakukan pemeriksaan rujukan spesialistik di Poliklinik Anak RSUD dari 19 balita,” ujar Kadinkes Wonogiri, Adhi Dharma, ketika dihubungi Solopos.com, Kamis.

Adhi Dharma menjelaskan pada 2017 terdapat 22 anak penderita gizi buruk di Wonogiri, 16 anak di antaranya merupakan sisa kasus 2016. Setelah dilakukan penanganan dua balita dinyatakan sembuh pada akhir tahun lalu sehingga tinggal 20 anak balita gizi buruk.

Namun, salah satu anak balita ikut orang tua merantau di kota lain. Sementara pada Januari 2018, terdapat satu kasus baru anak penderita gizi buruk dari Jatisrono. “Meski satu balita ikut merantau orang tuanya, tetapi masih tanggung jawab kami. Hanya, tadi tidak bisa ikut periksa,” imbuhnya.

Berdasarkan pemeriksaan, tiga anak balita dinyatakan berubah status menjadi gizi kurang. Sementara dua balita menjalani rawat inap untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.

“Sedangkan 15 balita lain mendapat penanganan rawat jalan di klinik tumbuh kembang RSUD,” ujarnya.

Dari 19 anak balita yang dirujuk ke poliklinik, empat anak di antaranya sudah memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS), sementara 15 anak lainnya belum memiliki jaminan kesehatan. Dinkes akan memverifikasi lebih dulu keluarga anak balita gizi buruk yang belum mempunyai jaminan kesehatan sebelum diusulkan masuk dalam Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).

“Kami akan verifikasi apakah mereka dari keluarga miskin atau tidak karena gizi buruk bisa disebabkan pola makan dan asupan gizi yang tidak tepat,” jelasnya.

Sementara itu, satu anak balita yang kelainan jantung sudah memiliki KIS. Sedangkan satu balita yang stunting belum memiliki jaminan kesehatan.

“Anak balita stunting sudah kami telusuri ibunya hanya ibu rumah tangga dan ayahnya seorang buruh. Rencananya kami usulkan [Jamkesda],” imbuhnya.

Adhi Dharma mengimbau orang tua di Wonogiri, khususnya orang tua dari anak balita gizi buruk untuk lebih peduli terhadap asupan gizi anak. Menurutnya, mengobati gizi buruk butuh waktu lama dan keteraturan dalam memberikan asupan gizi.

“Mengobati gizi buruk tidak sama dengan mengobati luka, diperlukan pengobatan khusus, terutama peran keluarga dalam mengatur pola makan dan kebutuhan asupan gizi,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya