SOLOPOS.COM - Ilustrasi

Kesehatan Sukoharjo, korban tewas akibat penyakit demam berdarah dengue (BDB) di Sukoharjo pada Januari-Sepetmber 2016 capai 10 orang.

Solopos.com, SUKOHARJO — Sebanyak 10 warga Sukoharjo meninggal dunia akibat penyakit demam berdarah dengue (DBD) sepanjang Januari-September 2016. Jumlah kasus DBD meningkat signifikan karena pengaruh anomali cuaca.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Sukoharjo, Bejo Raharjo, mengatakan peningkatan jumlah kasus DBD dipengaruhi anomali cuaca yang mengakibatkan musim penghujan lebih lama. Diperkirakan jumlah kasus DBD bakal bertambah sampai akhir tahun nanti.

“Ada 10 penderita DBD yang meninggal dunia pada Januari-September. Mayoritas anak-anak,” kata dia saat ditemui wartawan di kantornya, Kamis (13/10/2016).

Ke-10 penderita DBD yang meninggal dunia berasal dari Kecamatan Bulu, Sukoharjo, Polokarto, Baki, dan Gatak. Kekebalan tubuh anak-anak tak sekuat orang dewasa. Terlebih, anak-anak kerap bermain di lokasi yang menjadi tempat berkembang biak nyamuk Aedes aegypti seperti pot bunga atau bekas botol minuman.

Menurut Bejo, daerah rawan endemis DBD telah dipetakan di 12 kecamatan se-Sukoharjo pada Januari. “Ada 46 desa/kelurahan yang termasuk endemis DBD. Daerah itu dikategorikan endemis karena terdapat kasus DBD selama tiga tahun berturut-turut,” ujar dia.

Berdasar hasil penelitian di Desa Makamhaji, Kecamatan Kartasura, dan Desa Cemani, Kecamatan Grogol, telur nyamuk Aedes aegypti mengandung virus dengue. Artinya, telur yang baru saja menetas menjadi larva dan nyamuk dewasa dapat menularkan virus dengue saat menggigit manusia.

Penelitian dilakukan di kedua desa itu lantaran merupakan representasi daerah permukiman dengan mobilitas penduduk sangat tinggi. “Cara terefektif mencegah penularan DBD adalah membasmi telur nyamuk. Masyarakat harus diberdayakan menjadi kader kesehatan untuk membersihkan telur-telur nyamuk di lingkungan rumah,” papar dia.

Lebih jauh, Bejo menambahkan pengasapan atau fogging hanya membunuh nyamuk dewasa. Sementara telur-telur nyamuk tetap berpotensi menetas dan menularkan virus saat menggigit tubuh manusia. Karena itu, masyarakat harus selalu melaksanakan program pemberantasan sarang nyamuk (PSN) di lingkungan rumah, sekolah maupun kantor.

Di sisi lain, seorang warga Kelurahan Begajah, Kecamatan Sukoharjo, Ari, 39, mengatakan warga di wilayahnya selalu melakukan kerja bakti membersihkan tempat-tempat penampungan air di sekitar lingkungan rumah. Kendati demikian, Ari berharap instansi terkait mengoptimalkan para kader juru pemantau jentik-jentik (jumantik) di setiap desa/kelurahan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya