SOLOPOS.COM - Ilustrasi kesehatan reproduksi wanita (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Meski keputihan merupakan hal normal yang dialami seorang wanita, sebaiknya seorang wanita memperhatikan dengan saksama kebiasaan dia saat keputihan.

Sekretaris Program Studi Diploma III Akademi Kebidanan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) PKU Muhammadiyah Solo, Rusiana Sri Haryanti, menjelaskan keputihan adalah cairan atau lendir yang keluar dari leher rahim.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keputihan dikatakan sebagai sesuatu yang normal jika cairan yang dikeluarkan tidak berbau dan jumlahnya tidak terlalu banyak.

“Penyebab keputihan antaralain karena terangsang secara seksual dan kecapekan,” jelasnya saat ditemui JIBI/Koran O di ruang kerjanya, Selasa (24/9/2013).

Ekspedisi Mudik 2024

Namun, katanya, jika saat keputihan seorang perempuan mengeluarkan cairan atau lendir terlalu banyak, konsistensinya pekat, berwarna kuning hingga kehijauan dan baunya amis atau bahkan busuk, berarti perempuan tersebut mengalami keputihan abnormal. “Jika hal itu terjadi, seorang perempuan harus waspada,” katanya.

Keputihan abnormal, ungkap Rusiana, bisa menjadi salah satu tanda adanya sistem yang abnormal pula atau terjadi gangguan pada sistem reproduksi perempuan tersebut.

Misalnya terjadi infeksi di bagian kandungan, adanya kista atau bahkan kanker rahim. Jika benar terjadi kanker, katanya, belum tentu ketika keputihan abnormal terjadi, kanker yang dialami masih stadium awal. Bisa jadi justru sudah stadium empat atau sudah sangat parah.

Ia menguraikan jika setiap akan buang air kecil seorang perempuan menemui adanya lendir yang warnanya kekuningan sampai kehijauan dan sangat berbau, ia harus waspada.

“Jika hal itu terjadi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke bidan, dokter atau dokter spesialis kandungan,” jelasnya.

Saat ini, ungkapnya, ada pengobatan yang bisa mengobati masalah keputihan. Salah satunya dengan terapi hormonal yang bisa dilakukan dokter ahli.

“Pengobatan ini bukan untuk menghindari keputihan, tapi mengurangi keputihan. Kalau menghindari keputihan sama sekali, susah dilakukan karena keputihan termasuk hal wajar jika masih dalam batas normal,” katanya.

Ketika ada seorang wanita merasa dirinya mengalami keputihan lebih banyak setelah menikah, Rusiana berpendapat hal itu bukan hanya karena faktor menikah. Namun perlu penelitian lebih dalam terkait kebiasaan atau aktivitas wanita tersebut setelah menikah.

“Misalnya bagaimana kebiasaan menjaga organ kewanitaan setelah menikah. Terlebih setelah menikah, organ kewanitaannya tentu kadang kotor karena harus melakukan hubungan suami istri,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya