SOLOPOS.COM - Foto ilustrasi pendonor kornea. (JIBI/Harian Jogja/Reuters)

Kesehatan mata, donor korena yang minim diantisipasi dengan menggandeng pemerintah Nepal.

Harianjogja.com, JOGJA-Kebutaan yang disebabkan masalah pada kornea menempati angka kedua setelah katarak. Di Indonesia sendiri, donor kornea belum mendapatkan respon positif dari masyarakat meski secara agama disahkan.

Promosi Primata, Permata Indonesia yang Terancam Hilang

Dalam upaya menyelamatkan pasien kornea di Indonesia, Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Sardjito, Fakultas Kedokteran (FK) UGM, dan Tilganga Institute of Ophthalmology Kathmandu, Nepal, akan menandatangi nota kesepahaman (MoU) tentang Keratoplasti atau transplantasi kornea.

“Kerjasama ini sangat bermanfaat bagi kami dalam transfer pengetahuan tentang operasi cangkok kornea. Sudah ada lima pasien Sardjito yang sudah dioperasi dengan mendatangkan kornea dari Nepal,” kata Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Mata (Perdami) Jogja, Agus Supartoto, saat jumpa pers di Poli Mata RSUP Dr. Sardjito, Kamis (12/3/2015).

Reeta Gurung adalah dokter mata dari Tilganga Institute of Ophthalmology yang melakukan operasi tersebut.

“Hanya butuh waktu 26 menit operasi sudah selesai. Itu bisa lebih cepat lagi,” kata dokter mata Sardjito lainnya, Agung Nugroho yang turut menyaksikan proses operasi yang hanya menggunakan bius lokal tersebut.

Lebih lanjut, Reeta menjelaskan pendonor kornea adalah orang yang telah meninggal. Dengan berbagai kesepakatan dengan pihak keluarga, kornea jenazah diambil, disimpan dalam freezer, lalu dicangkokkan pada pasien.

“Kornea diambil sebelum delapan jam sejak pendonor meninggal. Kornea lalu difreezer. Kualitas bagus kalau kornea disimpan tidak lebih dari dua minggu,” kata Reeta.

Pihaknya menuturkan minat untuk mendonorkan kornea di Nepal terbilang tinggi. Meski populasi penduduknya hanya 28 juta jiwa namun setiap tahunnya mampu menghasilkan 600 pendonor. Di Nepal, ada tim tersendiri yang bertugas mengambil kornea dari mata jenazah. Tim tersebut bekerja setelah jenazah didoakan. Mereka akan mengambil kornea berupa lapisan dan akan menggantinya dengan semacam kontak lensa. Tujuannya agar tidak mempengaruhi estetika dari jenazah dan tidak ada kata jenazah yang cacat.

Dalam proses operasi yang dilakukan pada pasien mata di Sardjito itu, Reeta membawa delapan kornea dari Nepal dan telah dipasangkan pada lima pasien di Sardjito. Untuk selanjutnya, Tilganga Institute of Ophthalmology akan menyuplai kornea setiap bulan sebanyak tiga hingga empat kornea.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya