SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

Kulit yang terlalu lembap karena keringat bisa mendatangkan jamur kulit. Panau atau banyak disebut panu merupakan ancaman umum untuk lapisan pelindung tubuh tersebut.

Promosi Tenang, Asisten Virtual BRI Sabrina Siap Temani Kamu Penuhi Kebutuhan Lebaran

Terlebih, kulit sebagai pelindung banyak dirawat dengan menambahkan pelembap. “Padahal kalau terlalu lembap akan menerima banyak kotoran yang menempel. Nah, jamur salah satu yang akan menyukai wilayah berkeringat itu,” kata dokter spesialis kulit dan kelamin, Rikyarto kepada Harian Jogja, Sabtu (28/7).

Ekspedisi Mudik 2024

Dalam dunia kedokteran panu disebut Tinea versikolor yang merupakan penyakit kulit karena infeksi jamur. Jamur sendiri bisa menyebabkan penyakit seperti mikosis yang menyerang kulit secara langsung, mikotoksitosis akibat toksin dari jamur yang ada dalam produk makanan, dan misetismus yang disebabkan konsumsi jamur beracun.

Sementara panu merupakan infeksi kulit yang disebabkan Malasessia furfur atau Pitirosporum ovale. Jenis jamur tersebut senang tumbuh di permukaan kulit yang berkelenjar minyak. “Kalau di kulit berupa panau, kadas, kalau di kulit kepala, bisa menjadi ketombe,” kata dokter Rumah Sakit Jogja itu.

Jamur Malasessia furfur ada pada setiap kulit manusia sebagai penghuni permanen permukaan kulit bersama mikroba lain. Jadi, munculnya dampak jamur bukan disebabkan faktor jamur lingkungan. Sedangkan jika permukaan kulit sangat lembap karena banyak keringat, jamur semakin lama akan berkembang menjadi penyebab panu.

Meski demikian, lanjut Rikyarto, terdapat tiga faktor penyebab panu yakni faktor intrinsik, individual, dan faktor luar. Intrinsik merupakan pengaruh perubahan genetik pada kulit, sedangkan faktor individual, yaitu orang tertentu yang mudah terinfeksi jamur karena alergi atau sakit, dan berkeringat secara berlebihan. Sementara faktor luar yakni kondisi suhu yang lemba tetapi panas.

Rikyarto menjelaskan, perkembangan jamur biasanya tidak menimbulkan keluhan atau menjadi penyakit, kecuali ada faktor-faktor yang membuat jamur tersebut berubah “jahat” dengan mengubah bentuk dan berkembang biak dengan pesat. Penyebabnya antara lain karena kulit berminyak, berkeringat banyak, dan tingkat kebersihan yang rendah. “Kondisi yang memperparah itu adalah gizi buruk atau malnutrisi, pakaian yang tertutup dan tidak menyerap keringat atau bahkan pelembab kulit atau rambut yang berminyak,” terang dokter.

Adapun, jamur genus Malasessia bersifat lipofilik, artinya dalam lingkungan yang berminyak, jamur itu akan tumbuh secara optimal. Itulah sebabnya panau berkutat pada bagian tubuh yang kaya kelenjar minyak, seperti di dada, punggung, bahu, lengan bagian atas, leher, dan wajah.

Pada fase perkembangan, panu mengalami perubahan warna dan variasi. Pada fase dini, panau terlihat kecokelatan atau kehitaman. Sedangkan yang kronis, panau akan muncul dengan beragam warna. Panu bisa menyerang siapa saja, pada usia berapa saja. Tetapi panau lebih sering terjadi pada usia dewasa dan wanita, karena berhubungan dengan aktivitas, kelembapan, dan produksi keringat pada umur tersebut.

Panu memang tidak menular. Tapi tak ada salahnya jika untuk mengantisipasinya bisa dilakukan dengan menjaga kebersihan. Ada baiknya segera mencuci baju yang basah karena keringat dan memakai handuk sendiri untuk mencegah berkembangnya jamur.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya