SOLOPOS.COM - ilustrasi

ilustrasi

Kanker serviks termasuk golongan penyakit yang membunuh secara diam-diam karena tidak memiliki gejala yang pasti. Sebagian besar wanita baru mengetahui setelah dalam kondisi parah. Karena itu deteksi dini harus diupayakan.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan RS PKU Muhammadiyah, Mitra Prana Marwatiningrum menjelaskan penyakit ini terjadi pada daerah leher rahim. Organ tersebut merupakan pintu masuk ke arah rahim yang letaknya antara uterus dengan vagina.

“Penyakit ini disebabkan virus human papilloma virus (HPV), yang menyerang leher rahim. Virus ini mulanya terjadi pada leher rahim. Apabila telah memasuki tahap lanjut bisa menyebar ke organ-organ lain,” ujarnya saat ditemui Harian Jogja di RS PKU Muhammadiyah, Jogja, Rabu (2/5).

Penularan virus HPV bisa terjadi melalui hubungan seksual di usia muda, berganti-ganti partner seks, atau berhubungan seks dengan pria yang sering berganti pasangan. Virus ini juga ditularkan ketika membasuh atau membersihkan genital dengan air yang tidak bersih, misalnya air sungai atau air di toilet umum yang tidak terawat.

Penyakit ini tidak menimbulkan gejala yang mudah diamati dan hanya dirasakan penderita stadium lanjut. Gejala yang tampak adalah rasa sakit dan perdarahan saat berhubungan intim, keputihan yang berlebihan, dan perdarahan di luar siklus menstruasi.

“Masa pertumbuhan sel-sel abnormal sebelum menjadi ganas terbilang cukup lama yakni sekitar 10 tahun. Hal itu dimulai dari tahap infeksi, prakanker hingga positif menjadi kanker serviks. Penderita yang berhasil mendeteksinya sejak dini dapat melakukan berbagai langkah pencegahan,” ujarnya.

Perempuan yang rawan mengidap kanker serviks adalah mereka yang berusia antara 35-50 tahun, terutama yang telah aktif secara seksual sebelum usia 16 tahun. Mitra menambahkan, hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.

Penyakit ini dapat dideteksi dengan menggunakan metode pap smear. Namun, pap smear bukanlah satu-satunya cara. Ada pula jenis pemeriksaan dengan melakukan vaksinasi HPV bagi yang belum pernah melakukan kontak secara seksual.

Vaksin ini bekerja dengan cara meningkatkan kekebalan tubuh dan menangkap virus sebelum memasuki sel-sel serviks. vaksinasi ini baru efektif apabila diberikan pada perempuan berusia sembilan sampai 26 tahun yang belum aktif secara seksual. Penggunaan vaksin ini tidak menimbulkan adanya efek samping yang berbahaya.

Penyakit ini dapat disembuhkan saat masih stadium 1 sampai 2A dengan cara operasi pengangkatan rahim. Jika telah tahap 2B selain operasi juga harus terapi dan kemoterapi. Dokter Mitra menegaskan, dengan mengetahui bahaya kanker serviks ini, diharapkan wanita lebih memperhatikan organ reproduksinya atau dapat memvaksinasi untuk penanganan sejak dini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya