SOLOPOS.COM - Bekam kering (JIBI/Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti)

Bekam kering (JIBI/Harian Jogja/Pamuji Tri Nastiti)

Melemaskan otot-otot kaku tidak hanya bisa dilakukan dengan pijat relaksasi saja. Teknik tradisional bekam kini banyak dipraktikkan kembali dan menjadi pilihan relaksasi alternatif.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Bekam atau bahasa Arabnya hijamah merupakan teknik terapi yang awalnya dilakukan untuk membuang darah kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. “Itu yang untuk bekam basah, sedangkan bekam kering lebih ke relaksasi, meredakan nyeri, masuk angin dan menarik otot kejepit atau kaku,” terang terapis bekam di Sinduadi, Sleman, Satirah, baru-baru ini.

Bekam kering yakni bekam angin dan tidak menyedot darah kotor. Proses bekam dengan menghisap permukaan kulit dan memijat permukaan sekitarnya. Dalam melayani bekam kering, Satirah paling banyak menerima keluhan pasien nyeri urat atau otot-otot leher, bahu, dan punggung baik karena rheumatik atau penyebab lain.

Alat untuk bekam kering sama dengan alat-alat yang digunakan untuk bekam basah. Yang membedakan, permukaan kulit yang dibekam tidak ditusuk jarum hingga keluar darah. Selain itu setelah bekam usai, bekas bekam tampak menggumpal tidak bintik-bintik seperti bekam basah.

Bekasnya bulat-bulat merah atau keunguan, biasanya memudar hilang lima sampai seminggu mirip kalau dikerok,” kata pemilih klinik herbal Griya Sehat itu.

Menurut Satirah, bekam sering digunakan untuk membantu proses akupunktur. Awalnya, teknik dengan alat kop itu disebut alternatif tanduk terapi yang mulai dikenalkan di China kuno.

Proses relaksasi teknik bekam dimulai ketika kop ditempelkan pada permukaan kulit dan mengambil oksigen lalu menciptakan ruang hampa. Kulit dan daging akan tertarik dan hal itu merangsang sirkulasi darah maupun otot-otot yang ada di sekitarnya. Setelah kop dilepas, otot akan lemas kembali.

Pasien bekam, Dwi Pamungkas mengaku telah melakukan bekam kurang lebih tiga kali di tahun ini. “Sekali bekam kering waktu pusing sebelah dan leher kaku dan dua kali bekam basah untuk mengeluarkan darah kotor yang menyumbat persendian lutut saya,” katanya.

Bekam kering yang pernah dilakukan Dwi saat itu untuk meringankan mingrain bagian kepala kiri yang ia rasakan sampai di bagian otot leher kiri. Setelah mencoba bekam kering ia merasakan sakitnya hilang dan otot-otot menjadi lemas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya