SOLOPOS.COM - Ilustrasi anak batuk (Istimewa/Parent24.com)

ilustrasi

Pada kondisi cuaca tidak menentu saat ini, infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) dan diare rentan terjadi pada anak-anak.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagian besar infeksi saluran pernapasan bersifat ringan seperti batuk pilek ditularkan melalui air ludah, darah, bersin, dan udara pernapasan yang mengandung kuman. Dokter spesialis anak, Kiswarjana mengatakan, faktor utama penyakit saluran pernapasan yakni daya tahan tubuh anak.

Ekspedisi Mudik 2024

“Apalagi pergantian musim saat ini, suhu panas sekali atau dingin tidak menentu yang menyebabkan daya tahan tubuh menurun dan rentan terserang penyakit,” kata dokter Rumah Sakit Jogja itu, Senin (19/6).

Pergantian musim menuju musim panas menyebabkan banyak debu gampang terbang. Terlebih anak-anak yang banyak melakukan kegiatan di ruang publik atau luar rumah, debu akan mudah diserap lewat saluran pernapasan. “Bakteri pengantar ISPA juga bisa menempel pada tangan kotor dan jajanan di ruang terbuka,” lanjutnya.

Kiswarjana mengatakan, ISPA bisa menyerang siapa saja tergantung dari daya tahan tubuh. Selain membiasakan diri dalam perilaku hidup bersih dan sehat, khusus untuk anak balita dan anak-anak perlu diperhatikan kebersihan lingkungan sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran penyakit.

Gejala ISPA katanya, antara lain badan anak terasa panas atau demam, pilek, batuk, sakit kepala dan sakit tenggorokan. Upaya terbaik untuk kesehatan yakni mengembalikan kestabilan stamina tubuh. Artinya, stamina tubuh merupakan daya utama penangkis virus-virus penyakit untuk masuk ke dalam tubuh.

Untuk anak-anak, pengawasan orangtua terhadap anak menjadi faktor utama. Saat orangtua mendapati gejala itu, disarankan agar anak-anak mengurangi aktivitas di luar rumah, banyak mengonsumsi buah dan sayuran, banyak minum air putih dan istirahat cukup.

Sementara, untuk kondisi di dalam rumah perlu diperhatikan kebersihan dan kelembabannya, terutama di kamar tidur anak. Sebab, kelembaban yang terlalu tinggi akan membuat udara yang dihirup tidak bersih. Kondisi kelembaban itulah yang nantinya membuat virus masuk ke dalam tubuh anak.

Warga Nyutran, Tamansiswa, Rini Tri Wahyuni, 30, mengaku perubahan cuaca panas dan dingin yang terjadi setidaknya dua pekan terakhir cukup berpengaruh pada kesehatan anaknya, Nathanael, 2. “Sukanya makan sambil jalan-jalan, tapi sekarang cuaca panas kalau anak dipaksa malah jadinya sakit, apalagi udaranya terasa kering,” ujarnya Selasa, kemarin.

Meski Nathanael tidak memperlihatkan tanda-tanda terkena saluran infeksi pernapasan, tetapi untuk mencegahnya ia memilih untuk mengasuh anaknya di dalam rumah. Disamping itu, asupan makanan dan minuman juga diberi tambahan gizi. “Dulu sama dokter sempat disarankan memberi madu dan minum jeruk nipis, karna masih kecil saya kasih madu saja,” ujar Rini.

Secara medis, ISPA sendiri dapat dibedakan dalam dua jenis yakni pneumoni dan non-pneumoni. Jenis pneumoni yakni infeksi saluran pernapasan jika sudah memasuki tahap parah. Jika tidak ditangani langsung oleh dokter bisa menyebabkan kematian yang gejalanya dapat ditandai dengan demam tinggi dan sesak napas. Non pnemumoni yakni sebaliknya, lebih ringan dan bisa disembuhkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya