Harianjogja.com, JOGJA- Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kota Jogja menilai kesadaran masyarakat untuk melakukan deteksi dini HIV/AIDS masih kurang, padahal banyak warga yang tidak rentan tertular juga bisa mengidap penyakit tersebut.
“Masyarakat umum biasanya enggan melakukan deteksi dini HIV/AIDS. Kesadaran untuk melakukan deteksi dini banyak muncul dari kelompok masyarakat yang berisiko tinggi tertular penyakit itu,” kata Sekretaris Komisi Penanggulangan HIV/AIDS Kota Jogja, Kaswanto, Kamis (17/4/2014).
Promosi Nusantara Open 2023: Diinisiasi Prabowo, STY Hadir dan Hadiah yang Fantastis
Menurut dia, masyarakat umum juga perlu melakukan deteksi dini HIV/AIDS karena biaya pemeriksaan sepenuhnya sudah ditanggung oleh Pemerintah Kota Jogja.
Pemeriksaan atau deteksi dini HIV/AIDS bisa dilakukan di sejumlah puskesmas, yaitu di Puskesmas Umbulharjo I dan Puskesmas Gedongtengen, dan seluruh rumah sakit yang ada di Kota Jogja.
“Deteksi dini adalah upaya pencegahan penularan HIV/AIDS. Jika ada warga yang pernah melakukan kegiatan menyimpang seperti hubungan seks berisiko sebaiknya segera memeriksakan diri untuk mengantisipasi agar virus tidak menyebar kemana-mana,” katanya.
Kaswanto menyebut, hubungan seks berisiko menempati peringkat pertama faktor penularan HIV/AIDS di Kota Yogyakarta. Dari 677 kasus sejak 2004 hingga akhir 2013, diketahui 62% kasus disebabkan hubungan seks berisiko.
Dan dari pendataan KPA diketahui bahwa 63% penderita HIV/AIDS di Kota Jogja adalah laki-laki.
Sementara itu, Ketua KPA Kota Jogja Haryadi Suyuti mengatakan akan segera melakukan pemeriksaan deteksi dini HIV/AIDS untuk memberikan contoh kepada masyarakat.
“Jika memang tidak pernah melakukan hal yang aneh-aneh, maka tidak perlu takut melakukan deteksi dini HIV/AIDS. Sehat adalah hak asasi manusia,” katanya.