SOLOPOS.COM - Truk melintasi di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) tepatnya di Desa Selo, Kecamatan Selo, yang rusak parah, Sabtu (30/1/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Kerusakan infrastruktur Boyolali, akibat menjadi jalur truk pengangkut galian C, jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB) di Selo rusak parah.

Solopos.com, BOYOLALI–Maraknya penambangan liar di wilayah Kecamatan Selo mulai berdampak pada kerusakan infrastruktur jalan. Jalur alternatif Solo-Selo-Borobudur (SSB) terutama yang masuk wilayah Desa Selo dan Desa Samiran, rusak parah.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dari pantauan Solopos.com, aspal jalan remuk. Bahkan di beberapa ruas jalan, aspal jalan sudah berganti dengan lumpur dan tanah. Jalur tersebut menjadi sangat rawan karena pengendara sepeda motor cenderung tak mau antre saat berjalan beriringan dengan truk yang lajunya relatif lambat.

Ekspedisi Mudik 2024

Kerusakan jalan ini sudah terpantau sejak dua tahun lalu. Truk pasir dengan muatan melebihi tonase dituding sebagai penyebab kerusakan jalan. Selain menyebabkan jalan rusak, aktivitas truk dengan muatan berlebih juga telah membuat dua jembatan di Selo ambrol.

Jalur tersebut merupakan jalan provinsi. Tahun lalu, Bina Marga Provinsi Jateng telah memperbaiki sebagian jalur SSB di kawasan Genting, Kecamatan Cepogo tepatnya KM 38.900 sampai KM 42.770.

Seorang pengguna jalan, Yulianto, 43, sambat dengan kondisi jalan tersebut. “Sepertinya, saat saya melintasi kawasan Selo sekitar tiga pekan lalu, kondisinya belum separah ini. Memang sudah rusak tapi tidak separah ini,” kata Yulianto, warga Boyolali Kota, saat ditemui Solopos.com di Selo, pekan lalu.

Sedangkan warga Selo Tengah, Joko, menyayangkan maraknya aktivitas tambang karea telah mengakibatkan kerusakan infrastruktur jalan. Warga Selo dinilai tidak mendapatkan keuntungan apa pun dari penambangan liar justru hanya mendapat ketidaknyamanan karena banyaknya truk yang melintas.

“Keuntungan hanya diambil pihak tertentu, justru warga kecil yang jadi korban,” kata Joko.

Ketua Komisi III DPRD Boyolali, Lambang Saroso, menjelaskan penambangan liar tidak hanya memberikan dampak lingkungan tetapi juga telah merusak infrastruktur jalan. “Informasi yang kami terima, setidaknya seribuan truk keluar masuk wilayah Selo setiap harinya. Mereka mengangkut pasir dari sejumlah lokasi penambangan yang dipastikan tanpa izin,” kata Lambang.

Kerusakan infrastruktur tentu dampaknya luas. Bagi kawasan Selo yang merupakan kawasan pariwisata dan lalu lintas hasil bumi, kondisi jalan yang rusak menyebabkan biaya ekonomi menjadi lebih tinggi. “Kalau untuk pariwisata jelas menjadi tidak nyaman.”

Camat Selo, Wurlaksono, mengatakan kewenangan untuk menindak truk pasir yang mengangkat muatan melebihi tonase adalah Dinas Perhubungan (Dishub). Dia berharap Dishub gencar untuk operasi truk pasir dengan tonase berlebih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya