SOLOPOS.COM - Satu unit alat berat beroperasi membuka lahan untuk pelebaran jembatan Samiran, di Desa Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Sabtu (19/12/2015). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Kerusakan infrastruktur Boyolali, Jembatan Selo dan Samiran mengalami kerusakan parah akibat mobilitas truk pengangkut pasir di jalur SSB.

Solopos.com, BOYOLALI–Dua jembatan di wilayah Selo yakni Jembatan Selo dan Jembatan Samiran mulai terkena dampak dari padatnya mobilitas truk pengangkut pasir di jalur Solo-Selo-Borobudur (SSB).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Badan jalan di Jembatan Selo terpantau retak. Kondisi serupa juga terjadi di Jembatan Samiran. Separuh badan jalan tepatnya sisi utara jembatan tersebut ambles. Kondisi ini menjadi sorotan masyarakat karena jembatan tersebut baru saja diperbaiki akhir tahun lalu.

Ekspedisi Mudik 2024

Dari pantauan Solopos.com di Jembatan Samiran, Rabu (3/2/2016), pekerja kembali memasang pembatas jalan antara sisi utara dan selatan jembatan. Arus lalu lintas yang sebelumnya sempat dibuka dua jalur, kini kembali menjadi satu jalur.

Retakan tanah di sekitar Jembatan Samiran juga dinilai makin panjang ke arah timur. Hal ini ditandai dengan bertambahnya pembatas jalan berupa drum besi.

“Itu kan bisa dilihat. Drum pembatas jalannya makin lama makin ke tengah dan semakin panjang ke timur. Retakan jalan di sekitar Jembatan Samiran itu sedikit demi sedikit terus bertambah. Belum lagi jembatan yang baru dilebarkan sekarang sudah ambles,” kata Camat Selo, Wurlaksono, saat ditemui Solopos.com, Rabu (3/2/2016).

Seorang warga Selo Nduwur, Joko Purnomo, menyoroti Jembatan Selo (warga menyebutnya Jembatan Kinaah) yang mulai retak. “Kalau jalan retak sebenarnya sudah lama, tapi ini makin lebar. Kami khawatir retakan jalan itu akan memicu kerusakan jembatan dan longsor. Kondisi ini hampir sama seperti di Jembatan Samiran sebelum ambrol tahun lalu,” kata Joko.

Kerusakan infrastruktur jembatan justru diperparah banyaknya truk pasir yang melintas dengan muatan melebihi tonase.

Sementara itu, kerusakan jalan di jalur SSB tepatnya setelah memasuki Desa Selo kian parah. Di beberapa ruas jalan, seperti di jalur Gebyok dan Samiran, pengendara harus antre dengan truk bermuatan pasir. Dengan kerusakan jalan yang sangat parah, truk pasir memilih untuk menggunakan jalur sebelah kanan. Kondisi ini membuat warga Selo geram.

Warga Gebyok RT 001/RW 009, Desa Selo, Edi Hartono, meminta instansi terkait menertibkan truk bermuatan pasir yang melebihi tonase serta membatasi jumlah truk pasir yang melintasi jalur SSB. “Kalau berpapasan dengan truk yang jalannya beriringan, pengendara harus antre atau mengalah berhenti dulu. Apalagi truk itu senangnya pakai jalur kanan (sisi selatan) karena sisi utara jalan sudah rusak parah,” kata Edi.

Pengawas Jalan SSB Bina Marga Jateng, Sumarwan, mengakui kondisi kerusakan infrastruktur di jalur SSB. Tahun ini Bina Marga Jateng mengalokasikan kembali anggaran senilai Rp18 miliar untuk melanjutkan perbaikan jalur SSB di KM 42 hingga KM 45.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya