SOLOPOS.COM - Jenazah WNI, ABK di kapal China dibuang ke laut (Istimewa).

Solopos.com, JAKARTA -- Ketua Umum PP GP Ansor Yaqut Cholil Qoumas mengungkap sebanyak 18 WNI yang berkerja jadi ABK di kapal China hanya digaji 140.000 Won atau Rp1,7 juta setelah 13 bulan bekerja. Berarti, mereka hanya menerima gaji sekitar Rp130.000 tiap bulannya.

Kabar gaji 18 WNI ABK kapal China itu ia dapatkan dari Ketua Serikat Pekerja Perikanan Indonesia (SPPI) Korea Selatan, Ari Purboyo.

Promosi Jaga Keandalan Transaksi Nasabah, BRI Raih ISO 2230:2019 BCMS

Pasien Covid-19 Sembuh di Sukoharjo Bertambah, Kini dari Kartasura & Nguter

Informasi tersebut juga dibenarkan oleh salah seorang saksi yang tak disebutkan namanya di media Korea Selatan, MBC. Bahkan, saksi menyebutkan para ABK hanya bisa mengonsumsi air laut yang difiltrasi. Sedangkan, air mineral dikhususkan untuk ABK China.

"Pusing terus enggak bisa minum air itu sama sekali. Pernah juga sampai kaya ada dahak-dahak di sini," ujar saksi tersebut.

Langkah Zig-Zag Pemerintah Bolehkan Perjalanan di Tengah Wabah Covid-19

Dari 18 WNI ABK kapal China itu, empat di antaranya meninggal dunia. Bahkan, tiga orang yang meninggal dunia itu jenazahnya dilarung ke laut.

Tiga Kata Ajaib Ini Punya Banyak Manfaat

Bermula Desember 2019

Dari informasi yang ia peroleh dari Ketua Umum SPPI Ach Ilyas, Yaqut mengatakan pada Desember 2019, dua ABK asal Indonesia jatuh sakit. Karena sakitnya semakin serius, para kru mendesak kapten kapal untuk melabuhkan kapal.

Hal ini bertujuan agar kedua ABK tersebut mendapatkan penanganan medis yang memadai. Akan tetapi, kapten kapal menolak dengan alasan tidak mendapatkan persetujuan dari perusahaan.

Hari Ini Dalam Sejarah: 7 Mei 1945, Jerman Menyerah ke Sekutu

Kemudian, 22 Desember 2019, seorang WNI ABK kapal China, Sepri meninggal dunia. Kapten kapal lantas melarung jenazah Sepri ke laut pada sore di hari yang sama. Lalu, pada 27 Desember 2019, seorang ABK lain yang sakit dipindahkan ke kapal lain, Longxing 802 yang sedang perjalanan menuju pelabuhan terdekat di Samoa, sebuah negara kecil yang berbatasan dengan Fiji.

Setelah delapan jam berada di Longxing 802, ABK yang berinisial Alfattah meninggal dunia, dan juga dilarung ke laut.

Buruh Bangunan Grobogan Terjangkit Covid-19 Sepulang dari Semarang

Dengan adanya WNI ABK yang meninggal dunia, kru Longxing 802 panik dan minta dipulangkan. Longxing 802 berlayar kembali ke Busan. Pada 27 Maret 2020, para ABK tersebut dipindahkan ke kapal lain yang bernama Tian Yu 8 yang sedang perjalanan ke Busan. Pemindahan ini untuk menghindari kemungkinan penolakan berlabuhnya kapal Longxing 802 karena adanya insiden kematian.

Dari rilis yang diterima Solopos.com pada Kamis (7/5/2020), Yaqut mengungkap ketika kapal Tian Yu 8 China mendekati perairan Jepang pada 29 Maret 20202, seorang WNI ABK meninggal dunia lagi. Dan oleh kru jenazahnya dilarung ke laut.

Punya Penghasilan Setara UMK lewat Bertani Hidroponik Seledri di Rumah

Kapal tiba di Busan pada 24 April 2020. Pemerintah Korea Selatan membawa semua ABK ke imigrasi, setelah itu dikarantina di sebuah hotel karena bertepatan dengan pandemi Covid-19.

Selama di Busan, ada satu ABK lagi yang meninggal dunia saat perjalanan ke rumah sakit pada 27 April 2020.

Melonjak Lagi! 3 Kasus Baru Covid-19 Madiun, Didominasi Santri Temboro

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya