SOLOPOS.COM - Pengendara sepeda motor berhenti di perlintasan kereta api tanpa palang pintu di Kota Semarang, Rabu (29/6/2016). (JIBI/Solopos/Antara/R. Rekotomo)

Kereta Jogja-Magelang akan diaktifkan lagi

Harianjogja.com, JOGJA- Manajer Humas PT KAI (Persero) Daop 6 Yogyakarta Eko Budiyanto mengatakan, reaktivasi jalur atau menghidupkan kembali jalur lama dari Jogja menuju Magelang, merupakan kewenangan Kementerian Perhubungan, Direktorat Jenderal Perkeretaapian.

Promosi Meniti Jalan Terakhir menuju Paris

Ia mengungkapkan Menteri Perhubungan bersama Dirjen Perkeretaapian telah meakuka survei jalut lama Di Stasiun Tugu dilanjutkan jalut di Pingit kemudian ke Kutu, Beran, jembatan Meseran, dan Sentolo.

“Beliau melihat lokasi ini dan mempertimbangkan bagaimana menghidupkan jalur kereta api dari Jogja ke Borobudur,” ujar dia ketika ditemui di Stasiun Lempuyangan, Jogja, Rabu (9/11/2016).

Eko menjelaskan, ada tiga alternatif jalur untuk menghubungkan Jogja dengan Magelang. Pertama, menghidupkan jalur lama, tetapi jalur ini sudah terdapat banyak bangunan dan sebagian rel sudah tertimbuh aspal. Jalur ini nantinya akan melalui Pingit, Kutu, Mlati, Beran, Sleman, Medari, Tempel, Blondo, Muntilan, Magelang, hingga Ambarawa.

Alternatif kedua yakni membangun rel baru dari Patukan menuju Degan, Tempel, Blondo, hingga Borobudur. Rencananya, jalur ini akan beriringan dengan jalan raya yang akan dibangun sehingga pembebasan tanah tidak terlalu besar. Namun, jalur ini juga akan melalui banyak pemukiman sehingga dampak sosialnya dinilai tinggi.

Alternatif ketiga yakni membangun jalur baru dari Sentolo, Kalibawang, Degan, Tempel, Blondo, hingga Borobudur. “Ini masih dalam tahap kajian. Kalau membuat jalur baru nilainya lebih mahal. Untuk jalur Patukan dan Sentolo hampir mirip. Tapi, di Patukan itu sudah ada stasiunnya tapi sudah banyak penduduk,” ungkap dia.

Eko menjelaskan, jika melihat dari sudut pandang waktu pembangunan, maka mengaktifkan jalur lama melalui Pingit akan lebih cepat. PT KAI (Persero) sudah memiliki aset dan rel di jalur lama. Namun, di jalur  tersebut sudah terdapat banyak bangunan dan jalan sehingga dampak sosialnya lebih tinggi.

“Buat rel baru untuk alternatif dua dan tiga biayanya lebih tinggi. Tapi kalau jalur lama lebih mura karena itu aset yang dikelola PT KAI (Persero). Cuma, efek sosial lebih besar. Tapi kalau masyarakat legawa ya akan mudah. Ke depan, itu akan jadi transportasi massal dan samgat butuh. Jogja, Magelang, Borobudur, dan Semarang, akan terhubung,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya