SOLOPOS.COM - Siswa SMP mengikuti Pemeriksaan Massal Deteksi Dini Skoliosis dalam rangka pemecahan rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) di Rumah Sakit (RS) Ortopedi Prof. dr. R. Soeharso, Sukoharjo, Jumat (23/3/2018). (M Ferri Setiawan/JIBI/Solopos)

RS Ortopedi Prof Dr Soeharso cetak rekor MURI.

Solopos.com, SUKOHARJO—Kegiatan pemeriksaan skoliosis terhadap 1.156 pelajar SMP se-Soloraya oleh Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Surakarta berhasil masuk di rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (Muri). Skoliosis adalah pembengkokan tulang belakang menyamping menyerupai huruf S.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kegiatan ini baru kali pertama tercatat di Muri dan di Indonesia. Semoga ke depan akan diselenggarakan lagi bagi pelajar-pelajar lain sehingga bisa diketahui lebih awal dan mendapat penanganan lebih awal juga,” ujar Senior Manajer Muri, Sri Widayati, kepada wartawan seusai memberi sertifikat Muri di RSO, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo, Jumat (23/3/2018).

Berdasarkan data yang dimilikinya sebanyak 92 orang diduga positif skoliosis, mereka terdiri atas 80 pelajar putri dan 12 pelajar putra. Kegiatan ini, kata Sri, tercatat pada rekor ke-8.366 Muri, namun rekor kali pertama untuk pemeriksaan skoliosis yang dilakukan RSO Prof. Dr. Soeharso. (baca juga: PENYAKIT LANGKA : Tak Jadi ke RS Ortopedi, Sulami “Manusia Kayu” Dirujuk ke RSUD Moewardi Solo)

Sementara itu, Direktur Utama Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Surakarta, Pamudji Utomo, mengatakan tujuan pemeriksaan ini untuk mengetahui kelainan tulang belakang pada anak SLTP di Soloraya. Selain itu, usaha promotif dan  preventif dari RSO untuk mencegah kelainan tulang pada generasi yang akan datang.

“Tujuan utamanya adalah kami mempersiapkan SDM Indonesia di masa datang supaya lebih berkualitas. Karena mereka nanti yang memegang pimpinan di Indonesia ini. Mereka nanti yang berperan besar di Indonesia ini,” ujar dia.

Kegiatan ini dinilai sebagai sumbangsih RSO untuk peningkatan SDM Indonesia. Dia menjelaskan pada pemeriksaan massal kemarin ditemukan puluhan anak terduga menderita skoliosis.

Ini akan ditangani lebih lanjut sehingga mereka yang terindikasi terkena skoliosis dianjurkan segera memeriksakan diri. Mereka akan di rontgen dan ditangani dokter ortopedi dan jika diperlukan juga diperiksa dokter rehabilitasi medik dan dokter syaraf.

Bagi mereka yang tulang belakangnya bengkok dengan sudut lebih dari 45 derajat, jika ingin sembuh harus operasi. Untuk pembiayaan bisa dikaver penuh tanpa membayar dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

Ditanya lama penyembuhan, dia menjelaskan untuk tingkat ringan akan diterapi dengan konservatif, fisioterapi, dan exercise. Ini akan dipantau terus setiap enam bulan sampai satu tahun sekali.

Karena setelah terdeteksi harus diobati, tidak bisa langsung terus sembuh harus dipantau terus sampai usia 19 tahun atau 20 tahun.

Menurut Pamudji, jumlah anak yang terkena skoliosis cukup banyak. Diperkirakan jumlah di Soloraya masih bisa bertambah lagi dari temuan kemarin. Sebab kondisi ini dinilai mirip fenomena gunung es.

Karena itu dia mengimbau mereka yang kena skoliosis segera memeriksakan sehingga tak sampai parah dan terhindar dari penyembuhan melalui operasi.

Dikhawatirkan jika kelainan tulang belakang ini tak segera diobati akan berdampak pada gerak dan optimalisasi fungsi penopang tubuh.

“Kalau dibiarkan nanti bisa menjepit syaraf di tulang belakang sehingga bisa berakibat kelumpuhan. Atau bisa juga mengakibatkan rasa nyeri sehingga mengurangi produktivitas SDM,” kata dia.

Sedangkan Ketua panitia, Retno Setianing, mengatakan mayoritas yang terkena skoliosis adalah pada anak-anak usia pertumbuhan. Karena itu pihaknya mengundang sejumlah siswa SMP se-Soloraya.

Dia menjelaskan penyebab dari skoliosis banyak faktor, namun yang paling banyak tak diketahui penyebabnya.

“Ini bukan karena tas ransel bawaannya terlalu berat. Kalau yang ranselnya terlalu berat namanya skoliosis postural. Ini problemnya di otot dan masih bisa diperbaiki,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya