SOLOPOS.COM - Aktivitas Perusahaan Perkebunan Serat Mento Toelakan di Wonogiri. (Istimewa/Arsip Digital Universitas Leiden)

Solopos.com, WONOGIRI – Ada sederet produk unggulan dari perusahaan perkebunan serat terbaik dan terbesar pada masa Hindia Belanda di Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Perusahaan tersebut memproduksi tali tambang kapal, karung goni, dan olahan lainnya.

Dulu perusahaan itu dikenal dengan sebutan Cuultur-Maatschappij Mento Toelakan atau Onderneming Mento Toelakan. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia menjadi Perusahaan Perkebunan Mento Toelakan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kawasan perkebunan perusahaan serat Hindia Belanda tersebut saat ini tersebar menjadi beberapa desa di Sukoharjo, Karanganyar, namun Sebagian besar berada di Wonogiri.

Baca juga: Warga Kedawung Ditemukan Meninggal di Persawahan Karangmalang Sragen, Diduga Kepeleset

Fakta Perusahaan Serat Hindia Belanda Wonogiri

Fakta-fakta mengenai adanya perusahaan serat terbesar dan terbaik pada masa Hindia Belanda itu disampaikan Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, saat berbincang dengan Solopos.com, pekan lalu.

Dennys bersama anggota MSI Wonogiri melakukan penelitian terkait perusahaan tersebut. Penelitian diawali dengan mengumpulkan arsip Belanda yang tersimpan di delpher.nl dan koleksi digital Universitas Leiden.

MSI Wonogiri juga mengecek ke lokasi dan menemukan sejumlah peninggalan yang diyakini dulu digunakan untuk aktivitas perusahaan perkebunan serat Hindia Belanda tersebut. Selain itu, mereka mendatangi anak dari mandor perusahaan yang dulu bekerja di sana.

Dennys mengatakan Perusahaan Perkebunan Mento Toelakan menjadi sebuah perlawanan stigma Wonogiri sebagai kawasan yang tandus dan gersang. Hal itu dibuktikan dengan adanya kawasan perkebunan serat terbesar dan terbaik se-Hindia Belanda pada masa itu.

Baca juga: Sering Salah Kaprah, Ini Makna Sebenarnya Lagu No Woman No Cry Bob Marley

Berdiri Tahun 1987

Menurut hasil penelitian Dennys dan rekan-rekannya, perusahaan itu berdiri pada 1897 dan berakhir pada akhir 1940-an ketika masa revolusi kemerdekaan. Ada pun luas perkebunan perusahaan itu sekitar 1.000 hektare.

Pemilik dan kepala kebun perusahaannya pun berganti-ganti. Di perkebunan itu, kata Dennys, ada tiga jenis tanaman serat. Ada serat Nanas atau dikenal dengan sebutan serat Konas, serat tumbuhan Rami, dan serat Yute Jawa. Selain itu ada tumbuhan kapas dan kapuk.

"Pengolahannya itu daun tumbuhan diambil dan direndam di kolam. Kemudian dipintal atau digulung sebelum dibuat berbagai jenis produk. Serat yang bagus itu tingginya hingga dua meter," katanya saat ditemui di kawasan Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri.

Baca juga: Berselimut Sarung, Pria Keprabon Ditemukan Meninggal di Pasar Triwindu Solo

Serat yang dihasilkan dari kebun itu berkarakter kuat sehingga digunakan juga untuk membuat tali tambang kapal, karung goni, benang, tas jaring, tempat tidur gantung, kabel, tikar, dan alat senam.

Dennys menuturkan tumbuhan yang ditanam di Kebun Mento Toelakan berasal dari Benua Amerika. Meski berada di pinggiran Wonogiri, tumbuhan itu cocok ditanam di sana dan menghasilkan olahan serat terbaik.

Penghargaan

Tak mengherankan, pada saat itu perusahaan perkebunan di Wonogiri itu mendapatkan dua penghargaan yakni penghasil serat nanas dan serat yute jawa terbaik di Hindia Belanda pada 1911. Selain itu Mento Toelakan menjadi Pusat Pembibitan serat nanas dan Percobaan Traktor perkebunan (Fordson) pada abad ke-20.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya