SOLOPOS.COM - Anak-anak Desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, tengah berlatih seni karawitan di rumah Kepala Desa Tirtosuworo, tepatnya di Dusun Ngemplak, Desa Tirtosuwo, Sabtu (17/10). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Solopos.com,WONOGIRI -- Ada beberapa cara yang bisa dilakukan pemerintah desa untuk menggerakkan perekonomian warganya. Akhir-akhir ini, pembuatan tempat wisata dan pengolahan produk usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) desa menjadi media yang banyak digunakan pemerintah desa untuk mengangkat perekonomian warga.

Hal yang sama dilakukan oleh Pemerintah Desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Yakni dengan menjadikan desa mereka menjadi jujugan wisatawan. Mereka tidak mengandalkan kekayaan alam sebagai daya tarik, namun melalui seni budaya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pemdes Tirtosuworo menjadikan kesenian sebagai pijakan untuk mengangkat perekonomian desa bukan tanpa alasan. Pasalnya, desa tersebut pada zaman dahulu, sekitar 1980-an dikenal sebagai tempat berlatihnya seniman Kecamatan Giriwoyo. Ada beberapa macam seni tradisional yang digeluti warga Tirtosuworo. Kesenian itu berupa karawitan, reyog, tretek bambu, terbangan atau rebana, dan tari.

Kakek 75 Tahun Asal Wonogiri Berbagi Pengalaman Bisa Sembuh dari Covid-19

Anak-anak Desa Tirtosuworo, Kecamatan Giriwoyo, Wonogiri, tengah berlatih seni karawitan di rumah Kepala Desa Tirtosuworo, tepatnya di Dusun Ngemplak, Desa Tirtosuwo, Sabtu (17/10). (Solopos.com/M. Aris Munandar)

Kepala Desa Tirtosuworo, Gatot Suryanto, mengatakan berkembangnya kesenian di desanya tersebut dapat dilihat dari alat-alat seni tradisional yang saat ini masih ada dan tersimpan. "Dulu setiap kepala dusun di sini mempunyai gamelan atau alat karawitan. Sehingga warga selalu memanfaatkan keberadaan gamelan itu untuk mengembangkan bakatnya," kata dia saat ditemui Solopos.com di rumahnya, Dusun Ngemplak, Desa Tirtosuworo, Sabtu (17/10).

Seiring berjalannya waktu, menurut dia, pelaku kesenian di desanya itu menurun karena tidak ada upaya untuk melakukan regenerasi dan pembinaan. Selain itu, pelaku kesenian di desa itu dahulu berdiri sendiri-sendiri dengan membuat kelompok, belum terwadahi menjadi satu.

Uji Swab di Wonogiri Terus Digencarkan, Ini Sasarannya

Potensi Menurun

Melihat potensi desa dan warga yang semakin menurun, mulai Januari 2020, Pemdes Tirtosuworo mulai mengangkat dan mengembangkan kembali kesenian di Tirtosuworo. Seniman atau sesepuh yang dulu berkecimpung di kesenian, lanjut Gatot, diminta untuk melatih dan berbagi pengalaman kepada anak-anak serta pemuda setempat.

"Para sesepuh yang masih sugeng kami minta untuk melatih kesenian bagi anak-anak dan pemuda. Biar ada regenerasi. Kesenian yang dulu pernah mewarnai Tirtosuworo kami coba bangkitkan kembali," ungkap dia.

Menurut Gatot, alat kesenian yang ada di Tirtosuworo sudah tidak sebanyak dulu. Karena alat seni itu milik para pribadi. Selain memanfaatkan alat seni yang masih tersisa, beberapa bulan lalu Pemdes membuat pengadaan alat kesenian berupa gamelan. Selain itu juga ada pengadaan kostum kesenian dan pengembangan reog. "Kami bersyukur, selain dana dari desa, ada swadaya masyarakat juga. Mereka juga bersemangat untuk membangkitkan kembali kesenian di desa ini," ujar dia.

Diduga Ikuti Bisnis Tokek & Samurai, Warga Pracimantoro Wonogiri Hilang

Gatot berkeyakinan dengan membangkitkan kembali dan mengembangkan kesenian di Tirtosuworo bisa menggerakkan ekonomi warga. Rencananya, jika kesenian di desa itu sudah kembali bangkit, akan diadakan festival kesenian. "Kami berharap Tirtosuworo ini menjadi desa dengan ikon kesenian tradisional. Banyak wisatawan atau orang dari luar daerah yang masuk ke desa ini untuk melihat seni tradisional," ujar dia.

Dengan adanya festival seni dan desa kesenian, maka potensi warga dan UMKM bisa dikembangkan lagi. "Kami juga berencana ada program live in di desa ini. Ketika wisatawan ke sini ada beberapa kesenian yang bisa dinikmati. Sehingga juga ada pemasukan untuk desa," kata dia.

Mempertahankan Budaya

Selain bertujuan untuk meningkatkan ekonomi warga, kesenian yang saat ini tengah dibangkitkan juga bertujuan agar para pemuda tidak kehilangan budayanya. Mereka bisa mewarisi dan melestarikan kesenian dari para sesepuh dahulu. "Secara keseluruhan kami ingin mengatasi kekurangan di desa ini dengan membangkitkan dan mengembangkan kesenian," kata Gatot.

5 Pasien Wonogiri Covid-19 Sembuh, Masih Ada 18 Kasus Aktif

Berdasarkan pengamatan Solopos.com di rumah Gatot pada Sabtu, puluhan anak-anak dan pemuda tengah berlatih karawitan. Mereka dilatih oleh empat orang lanjut usia.

Salah satu pelatih karawitan yakni Toto. Menurut dia, gamelan itu dimanfaatkan oleh warga Tirtosuworo dari semua kalangan, mulai dari anak-anak, perangkat desa serta umum. Ada jadwal latihan masing-masing kalangan tersebut. "Kalau Rabu malam itu perangkat desa. Untuk Sabtu malam itu warga secara umum. Kemudian kalau Sabtu dan Minggu siang untuk anak-anak," kata dia.

Ia mengakui pada beberapa waktu lalu ada kendala terkait peralatan kesenian. Namun setelah ada bantuan dari pemdes akhirnya bisa terfasilitasi. "Dulu kan setiap kepala dusun punya alatnya. Tapi kan itu milik pribadi. Lalu sebagian dijual oleh pemiliknya. Dengan adanya alat baru ini kami mencoba melatih para generasi muda untuk mengembangkan kesenian," kata Toto.

Alun-Alun Wonogiri akan Dibuka, Puluhan PKL Jalani Tes Swab

Semua jenis kesenian di Tirtosuworo dikoordinasi atau dibina dalam satu wadah oleh Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) Desa Tirtosuworo. Nama kesenian itu bernama Puspa Giri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya