SOLOPOS.COM - Rio Rizky, pemuda asal Kota Solo yang menggeluti bisnis budidaya cacing Lumbricus Rubellus, hingga mampu ekspor ke luar negeri. (Youtube Espos Indonesia)

Solopos.com, SOLO — Kisah menarik nan inspiratif datang dari pria asal Kota Solo, Jawa Tengah (Jateng), bernama Rio Rizky. Melalui bisnis cacing, Rio mampu menembus pasar Amerika dan Timur Tengah (Timteng).

Tentunya, cacing yang dibudidayakan pemuda asal Solo ini bukan sembarang cacing. Cacing yang dibudidayakan Rio merupakan jenis Lumbricus Rubellus.

Promosi Meraih Keberkahan Bulan Syawal, Pegadaian Ajak Masyarakat Umrah Akbar Bersama

Dikutip dari video yang ditayangkan kanal Youtube Espos Indonesia, Ro awalnya tidak percaya diri menggeluti bisnis cacing Lumbricus Rubellus yang merupakan cacing dengan kadar protein paling tinggi itu. Ia mengenal cacing dari Jerman itu awalnya hanya untuk kebutuhan sebagai obat dan jamu.

Cacing ini juga bisa digunakan sebagai pakan ternak, terutama ikan dan udang. Saat panen, semua tubuh cacing itu akan diproses dan dijadikan tepung dengan cara dicuci, direbus, di-oven, dan dikeringkan.

Awalnya, Rio mengaku beternak cacing Lumbricus Rubellus bisa panen 3-4 bulan. Namun setelah panen pertama itu, setiap 30 hari, cacing tersebut bisa terus dipanen.

“Kurang lebih selama sepekan saya kalau panen bisa 200-an kilogram [kg]. Satu kilo bisa untuk obat 30.000 diterimanyaa. Kalau untuk panen itu 18.000. Ini lebih ke kemampuan orang yang memanen sebenarnya,” ujarnya.

Rio pun menceritakan awal mula berbisnis cacing dari Jerman itu. Awalnya, ia dikenalkan bisnis cacing itu dari seorang kolega bernama Tommy. Kolega itu pulalah yang memberitahukan bila bisnis cacing itu memiliki prospek yang bagus.

Nyaris Menyerah

Semula, dirinya tidak percaya hingga akhirnya melihat banyak toko jamu dan toko obat yang mempergunakan cacing tersebut. Ia kemudian melakukan riset melalui Google dan Youtube.

Setelah itu, ia pun memulai menyiapkan berbagai kebutuhan untuk berternak cacing. Rio pun akhirnya memutuskan untuk meninggalkan profesi yang sudah digelutinya selama 10 tahun, yakni agen asuransi, untuk kemudian beralih bisnis cacing.

“Saya di asuransi itu sudah 10 tahun. Dulu sudah nyaman, tiba-tiba berubah harus mempelajari sesuatu yang baru. Benar-benar dari nol, enggak tahu sama sekali. Kan itu pasti takut banget,” ceritanyaa.

Rio memula usaha ternak cacing saat paandemi Covid-19, tepatnya April 2020. Awalnya, ia sempaat mengalami kesulitan karena tidak bisa panen karena air yang digunakan mengandung kapur.

Kala itu, hasil panennya hanya berkisar 15 kg per kolam. Terlebih, biaya operasionalnya cukup besar. Kondisi itu pun membuatnya nyaris patah semangat hingga akhirnya ia berkonsultasi dengan koleganya.

Dari ngobrol dengan Tommy, ia pun akhirnya memiliki strategi agar usahanya berhasil. Ia pun akhirnya memilih untuk bertahan dan perlahan-lahan mampu menikmati cuan dari usaha itu.

Kini, ia pun memulai meraup sukses dari bisnis cacing Lumbricus Rubellus itu. Bahkan, bisnis cacing pemuda asal Solo ini mampu menembus pasar mancanegara, dengan diekspor ke Amerika dan Timur Tengah.

“Jadi buat yang ingin memiliki usaha sendiri, tolong dipikirkan juga risikonya. Perhitungan itu harus matang, karena seringkali terjadi risiko justru tidak diperhitungkan malah terjadi. Sedangkan yang sudah diperhitungkan malah aman,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya