SOLOPOS.COM - Warga berkerumun di depan pintu masuk wahana wisata kapal lantaran mengantre untuk menikmati sensasi menaiki Kapal Pinisi berbahan bambu di KEK Dewi Sri Sepat, Masaran, Sragen, Sabtu (9/4/2022). (Espos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Pemerintah Desa (Pemdes) Sepat, Kecamatan Masaran, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah membuat konsep wisata terintegrasi berupa Kawasan Ekonomi Kreatif (KEK) Dewi Sri.

Kawasan wisata itu mengintegrasikan potensi pertanian, peternakan, dan pariwisata yang berorentasi pada peningkatan pendapatan asli desa dan pemberdayaan masyarakat Desa Sepat. KEK Dewi Sri Sepat di-launching pada Sabtu (9/4/2022).

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Baca Juga : Tak Banyak yang Tahu Ada Kepingan Surga di Desa Soko Sragen

Dalam peluncuran objek wisata baru itu dihadiri kepala desa (kades) dari desa tetangga, seperti Jirapan dan Gebang Masaran. Selain itu, menghadirkan 46 ketua RT, 11 ketua RW, para pengurus PKK dan lembaga desa lainnya. Tak ketinggalan pengusaha dan tokoh masyarakat Desa Sepat Masaran.

Ekspedisi Mudik 2024

Launching KEK Dewi Sri dikemas dengan ngabuburit dan buka puasa bersama. “Sebenarnya KEK itu gagasan saya. Kalau konsep desa wisata itu kecil lingkupnya. Karena ada destinasi penunjang lainnya maka yang lebih cocok konsep KEK,” ujar pengusaha asal Sepat, Masaran, Sragen, Budiono Rahmadi, saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (10/4/2022).

Konsep KEK yang dia maksud itu memadukan wahana wisata dengan peternakan dan fasilitas lainnya. “Jadi selain wahana wisata dan peternakan nanti juga ada sarana berolahraga. Kalau ada event-event olahraga bisa diadakan di KEK ini. Jadi KEK ini bisa menjadi solusi,” tutur dia.

Baca Juga : Pemkab Sragen Lirik 3 Desa Ini untuk Menunjang Wisata New Kemukus

Budi, sapaan akrab Budiono Rahmadi, menerangkan ketika Alun-Alun Sragen kurang optimal fungsinya maka KEK bisa menjadi ruang publik alternatif bagi warga. Dia melihat warga Sragen selatan itu cenderung ke Alun-Alun Karanganyar. Secara mikro, kata dia, KEK itu merupakan konsep yang melibatkan masyarakat.

“KEK itu tidak sekadar mendatangkan PA Desa [Pendapatan Asli Desa], tetapi juga memberdayakan masyarakat sehingga bisa menyejahterakan masyarakat. KEK ini konsep yang unik dan jadi solusi bagi warga Sepat. Konsep ini bisa ditiru desa lainnya. Ini baru skala kecil karena KEK ini targetnya rampung pada 2024,” jelasnya.

Kepala Desa Sepat, Masaran, Sragen, Mulyono, berharap KEK ini terus berjalan sejak soft opening pada Sabtu (9/4/2022) sampai nanti. Dia bercita-cita konsep KEK ini bisa menjadikan Sepat sebagai desa mandiri yang berkekuatan di sektor pertanian terpadu dan ekonomi kreatif.

Baca Juga : Indahnya Wisata Gunungsono Sragen Bak Labuan Bajo

Modal dari Desa

“Pengembangan konsep KEK ini sudah dimulai 2021 dengan mengalokasikan anggaran desa senilai Rp59 juta. Pengembangannya berlanjut di 2022 dengan alokasi anggaran Rp10 juta,” jelasnya.

Konsep kawasan wisata memadukan wisata swafoto, tempat ngopi, arena bermain anak, dan fasilitas penunjang lainnya. “Ini sederhana, ada spot selfie, ngopi bareng, arena bermain anak, yang semua bekerja sama dengan warga. Di kawasan ini juga ada 50 usaha mikro kecil dan menengah [UMKM] kuliner yang terlibat,” ungkapnya.

Tempat wisata itu, ujar dia, juga diintegrasikan dengan peternakan dan pertanian yang masih dalam satu kawasan seluas dua hektare. Dia menyebut ada 100 ekor kambing yang dikelola masyarakat secara komunal dan peternakan ayam petelur dengan jumlah ribuan ekor ayam. Ada juga empat kolam untuk budidaya ikan nila dan seterusnya.

Baca Juga : Kandang Wayang di Jenar Sragen Siap Jadi Ikon Wisata, Go International

“Kawasan yang terletak di Dukuh Plosorejo ini menjadi kawasan terpadu dan terintegrasi antara potensi satu dengan potensi lainnya,” katanya.

Pengembangan KEK itu bermula dengan melihat potensi tanah kas desa yang merupakan tanah tadah hujan. Dia melihat ada potensi sumber daya manusia (SDM) di Sepat yang maju dan bisa bersaing.

“Lahan yang semula disewa untuk tebu dengan PA Desa Rp18 juta per tahun itu kemudian dikembangkan supaya mendatangkan PA Desa berlebih dengan investasi. Dengan konsep KEK ini kami menargetkan pada 2024 sudah bisa mendatangkan PA Desa,” ujar Mulyono optimistis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya