SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Putra ketiga GPH Puger, BRM Suryo Triono, bercerita dirinya seolah menemukan kehidupan yang betul-betul dekat dengan masyarakat saat menginjakkan kaki ke kehidupan di dalam kampus. Di sana, dia pernah diajari merokok oleh teman kuliah. Tak hanya itu, lelaki yang tengah mengambil kuliah S2 Kajian Budaya di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo ini mengaku pernah menyemir rambut dengan warna kuning, merah dan lain-lain. Dia berusaha menemukan jati diri dan menyelami kehidupan lain yang jauh berbeda dibandingkan kehidupan yang pernah dia alami di dalam Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.

“Saat masuk ke kampus, saya harus mengosongkan budaya yang ada di dalam otak. Dan menerima budaya barat yang saya temui di kampus. Sempat bingung memutuskan saya harus memakai cara apa untuk memadukan dua kebudayaan yang nyaris bertolak belakang. Yang terjadi, saya harus bersikap sesuai dengan kebudayaan di mana saya berpijak saat itu,” jelasnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kali pertama memahami kehidupan di kampus, dia mengaku tak mengerti mengapa puluhan orang duduk-duduk di bulevar UNS. Dia juga bertanya-tanya mengapa orang-orang menikmati duduk berlama-lama di warung hik. Memahami hal yang sering dilakukan orang-orang di luar tembok keraton tentu memiliki kendala tersendiri. Tetapi, lulusan SMA Warga ini enggan menghindar. “Bukan menghindar tetapi harus pandai menyeleksi mau ikut yang mana. Di luar mendapat pendidikan yang keras tetapi tidak bisa diterapkan di dalam Keraton. Tetapi saat di luar, saya bisa membawa budaya saya. Misalnya cara bertutur, bersikap dan beretika di depan teman-teman. Tidak perlu menjadi orang lain.”

Suryo mengaku menemukan pelajaran berharga, yakni menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab untuk melakukan sesuatu sesuai kebutuhan.

Hal serupa dirasakan putra kedua pasangan Hadi Warsito dan Setyowati, RT Dityo Ramadhani. Meski sejak kecil hidup di luar tembok Keraton, dia tak lantas melupakan ajaran di dalam keluarga. “Setiap orang memiliki karakteristik berbeda. Bergaul di tempat umum memang tidak perlu kasta. Tetapi kita wajib jaga diri. Budaya yang diajarkan sejak dini tidak lantas ditinggalkan. Pada dasarnya, kalau kita mau meresapi budaya Jawa itu enak. Tidak ada yang sulit.(”Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya