SOLOPOS.COM - BRM Suryo Triono (FOTO: Istimewa)

BRM Suryo Triono (FOTO: Istimewa) (Sri Sumi Handayani/JIBI/SOLOPOS)

Ketika matahari mulai turun ke arah barat, Espos bertandang ke Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Jumat (22/6). Selama perjalanan menuju bangunan sarat nilai sejarah, terbayang suasana obrolan yang formal dan peraturan ketat dengan calon narasumber, satu cucu PB XII dari GPH Puger.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Tampak bangunan tembok setinggi lebih dari dua meter. Sebetulnya, tak ada yang istimewa selain tembok itu tampak berdiri kokoh dan terkesan menjadi batas antara sesuatu yang ada di dalam dan di luar tembok. Sampailah Espos pada pintu kayu yang tingginya nyaris sama dengan tembok. Pintu berwarna biru muda itu seolah menjadi penghubung antara kehidupan di dalam dan di luar tembok.

Kali pertama memasuki pintu gerbang berwarna biru muda, terpampang deretan bangunan bergaya kolonial berpadu dengan tradisional Jawa. Setiap bangunan memberikan kesan berbeda bagi orang yang melihat. Kesannya kokoh, megah maupun anggun atau bahkan angker. Di balik tembok berwarna putih kusam, berlumut di beberapa tempat dan dicorat-coret pada bagian lain, ada kehidupan yang “berbeda” dengan warga kebanyakan. Di situlah kehidupan yang menjunjung nilai-nilai tradisi dan budaya Jawa.

Dari balik pintu Kori Kamandungan, keluar seorang lelaki mengenakan kaus lengan panjang warna biru muda dan celana panjang berbahan jeans berwarna kehijau-hijauan. Warna baju senada dengan warna rumah yang didominasi biru muda dan putih yang dibangun masa pemerintahan Paku Buwono X.

Dia tersenyum lalu mengangsurkan tangan sembari menyebutkan nama. “Saya Suryo,” kata dia singkat.

Bayangan penampilan sosok putra ketiga GPH Puger, BRM Suryo Triono, yang berpenampilan resmi dan kaku runtuh seketika.

Dia persilakan Espos menuju salah satu bagian dari Keraton yaitu Sitihinggil. Dia seolah tahu apa yang ada di pikiran Espos yang melihatnya dari ujung kepala hingga kaki. “Jangan membayangkan saya berpenampilan resmi seperti mengenakan batik atau pakaian formal lain. Di luar acara resmi Keraton, saya ya seperti ini. Saya tidak mau orang menjadi sungkan. Bahkan saya memilih menyembunyikan siapa saya supaya orang nyaman,” ujarnya sembari tersenyum.

Obrolan mengalir seputar pendidikan sarat nilai budaya dan tradisi. Sopan santun, tata krama, nilai-nilai budaya, kesenian tradisional Jawa dan lain-lain menjadi santapan wajib Suryo–sapaan akrabnya– saat di dalam Keraton.

“Pengawasan orangtua menjadi kewajiban. Saya harus ingat di mana dan siapa saya. Pendidikan budaya maupun tradisi di dalam Keraton tidak bisa dikatakan mudah tetapi semua kembali pada pemikiran dan pemahaman. Kali pertama menjalani terkesan berat. Setelah dijalani, malah bisa dinikmati,” kata dia.

Namun bukan berarti setelah keluar dari tembok Keraton dia bersikap kaku dan tidak terpengaruh sikap dan perilaku orang-orang di luar tembok Keraton. Dia mengaku pernah diajari merokok meski akhirnya ditolak. Suryo juga pernah menyemir rambut demi memuaskan rasa ingin tahu tentang sesuatu yang tidak dia dapatkan di dalam Keraton. “Di dalam keraton serba kalem dan halus. Saat keluar, semua berbeda. Tetapi tidak lantas semua hal harus diikuti. Saya harus bisa menjaga diri. Itu jadi pegangan hidup hingga kini.”

Selain Suryo, salah satu mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UNS, RT Dityo Ramadhani, memiliki kisah yang hampir serupa. Kerabat Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat keturunan Kebo Kanigoro atau Ki Ageng Purwoto Sidik ini mengaku mendapat pendidikan tradisi dan budaya sejak kecil. Dia harus mengontrol perilaku saat bermasyarakat supaya tidak dikatakan gagah-gagahan karena menyandang gelar pemberian dari Keraton. “Pendidikan keluarga seperti tradisi dan budaya dimulai dari hal sederhana. Contohnya saat makan tidak boleh mengambil lauk lebih dari satu sebelum lauk yang diambil habis. Etika dan tata krama jadi hal wajib diterapkan sejak kecil,” kata Dityo saat ditemui Espos di depan Kantor Jurusan Sosiologi FISIP UNS, Kamis (21/6).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya