SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SOLO</strong> — Prosesi upacara adat Tingalan Dalem Jumenengan ke-14 Sampeyan Ingkang Sunuwun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono (PB) XIII Hangabehi berlangsung lancar dan khidmat meski tanpa kehadiran lengkap saudara-saudara raja, Kamis (11/4/2018).</p><p>Di antara <a title="Perjanjian Damai PB XIII dengan Adik-Adiknya, dari Pembubaran LDA sampai Pencabutan Gugatan" href="http://old.solopos.com/2017/06/24/konflik-keraton-solo-perjanjian-damai-pb-xiii-dengan-adik-adiknya-dari-pembubaran-lda-sampai-pencabutan-gugatan-828641">adik-adik PB XIII,</a> hanya K.G.P.H Benowo yang terlihat mengikuti acara peringatan naik takhta di Pendapa Sasana Sewaka Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat itu.</p><p>Ratusan kerabat, abdi dalem, hingga raja dari berbagai kerajaan di seluruh Indonesia, termasuk beberapa pejabat pemerintah turut menghadiri ritual adat yang telah berlangsung secara turun-temurun tersebut. Mereka di antaranya Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto, anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres) Subagyo H.S., Staf Khusus Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Budi Prasetyo, serta Ibunda Presiden Joko Widodo (Jokowi)Sujiatmi Notomiharjo.</p><p>Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol. Condro Kirono, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto, Wali Kota Solo F.X. Hadi Rudyatmo, bersama jajaran Muspida Kota Solo juga hadir di acara itu. Suasana hening terlihat saat miyos dari Dalem Ageng Prabasuyasa dan duduk di singgasana Sasana Sewaka sekitar pukul 10.30 WIB.</p><p>Puluhan sentana dalem kemudian melakukan upacara ngabekten. Suasana lebih khidmat saat gendhing Ketawang Gedhe mengiringi sembilan penari <a title="Bedhaya Ketawang Tandai Peringatan Naik Takhta PB XIII" href="http://old.solopos.com/2017/04/22/foto-tingalan-jumenengan-bedhaya-ketawang-tandai-peringatan-naik-takhta-pb-xiii-811751"><em>Bedhaya Ketawang</em></a> memasuki Sasana Sewaka.</p><p>Tarian yang dimulai pukul 11.10 WIB disaksikan PB XIII Hangabehi yang duduk di singgasana. Pertunjukan tarian tersebut berlangsung sekitar setengah jam atau dipersingkat dari seharusnya dua jam.</p><p>Pertunjukan tari Bedhaya Ketawang setengah jam ini merupakan kali kedua dilaksanakan dalam Tingalan Dalem Jumenengan ke-13 lalu. Tarian itu secara singkat menceritakan pertemuan antara penguasa tanah Jawa Panembahan Senapati dengan Kanjeng Ratu Kidul.</p><p>&ldquo;Tarian memang tidak full melihat realitas kondisi Sinuhun yang tidak fit sehingga kalau ditampilkan dua jam tidak memungkinkan maka tadi hanya sekitar 30-40 menit," kata Ketua I Tata Acara Tingalan Dalem Jumenengan ke-14 PB XIII Hangabehi, K.G.P.H. Dipokusumo, ditemui seusai acara.</p><p>Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat ini mengatakan ada empat pejabat yang menerima gelar kebangsawanan dalam upacara <a title="Tingalan Jumenengan Lancar, PB XIII Saksikan Tarian Bedhaya Ketawang" href="http://old.solopos.com/2017/04/22/tingalan-jumenengan-lancar-pb-xiii-saksikan-tarian-bedhaya-ketawang-811719">Tingalan Dalem Jumenengan</a> ke-14 SISKS PB XIII Hangabehi. Mereka yakni Kapolda Jawa Tengah Irjen Pol. Condro Kirono, Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Wuryanto, Bupati Kutai Barat, dan Gubernur Kalimantan Barat yang menerima gelar Kanjeng Pangeran Haryo (KPH).</p><p>Gelar kebangsawanan tersebut diberikan atas kontribusi mereka dalam melestarikan budaya serta komitmen dalam menjaga kedaulatan negara republik Indonesia di wilayah masing-masing. Dia juga menambahkan Jumenengan kali ini terasa istimewa karena Sinuhun untuk kali kedua duduk di takhtanya setelah empat tahun sebelumnya tidak hadir.</p><p>&ldquo;Ini sebagai simbol kebangkitan keraton Surakarta yang beberapa waktu sempat meredup,&rdquo; katanya.</p><p>Disinggung tidak hadirnya sejumlah kerabat keraton dalam upacara tahunan tersebut, Dipo mengatakan panitia telah mengundang seluruh kerabat tanpa menyebutkan nama yang spesifik. Dalam undangan tertulis mengundang putra-putri dalem, para sentana dalem tanpa menyebut nama.</p><p>Kecuali yang mendapatkan tugas khusus misalnya among tamu dan lain-lainnya akan mendapat surat khusus. Adik PB XIII, G.K.R. Wandasari Koes Moertiyah, mengaku tidak hadir dalam acara Jumenengan lantaran tidak menerima undangan dari.</p><p>Selain itu perempuan yang akrab disapa Gusti Moeng itu mengkritik prosesi tingalan jumenengan yang tidak sesuai pakem, salah satunya Bedhaya Ketawang yang dibawakan pelajar SMKN 8 Solo dan hanya berdurasi 30 menit.</p><p>&ldquo;Tarian itu hal yang paling sakral. Mulai dari pemilihan penari hingga pembawaannya. Semua disertai ritual dan ada pakemnya tidak boleh dilanggar. Karena Tingalan Jumenengan itu intinya njumenengne Bedhaya Ketawang yang juga jadi tugas raja. Jadi lebih penting Bedayanya dibandingkan kehadiran raja,&rdquo; katanya.</p><p>&nbsp;</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya