SOLOPOS.COM - Tamu kehormatan mengikuti kirab saat pembukaan prosesi upacara Pengetan Tinggalan Dalem Jumenengan Sri Susuhunan Paku Buwono XIII Hangabehi di kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Selasa (3/5/2016). Prosesi upacara Jumenengan ke-12 tersebut digelar untuk memperingati kenaikan tahta raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Tingalan jumenengan Keraton, 2 kubu menggelar jumenengan di lokasi yang berbeda pada waktu yang bersamaan.

Solopos.com, SOLO–Kubu Keraton Solo Paku Buwono (PB) XIII maupun Plt. PB XIII K.G.P.H. Puger sama-sama menggelar upacara adat Tingalan Jumenengan Dalem ke-12 PB XIII, Selasa (3/5/2016).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pantauan Solopos.com, Kubu PB XIII atau Sinuhun melaksanakan upacara Tingalan Jumenengan Dalem di Sasana Narendra. Turut hadir dalam upacara adat tersebut, yakni Sultan Kerajaan Adat Sekala Brak Lampung ke-23 Brigjen Pol. Edward Syah Pernong bersama rombongan berjumlah puluhan orang. Tidak ada sajian Tari Bedaya Ketawang dalam upacara di Sasana Narendra, lebih banyak diisi doa agar PB XIII sehat selalu.

Penari Keraton membawakan tari Bedhaya Ketawang saat acara peringatan Tingalan Hadeging Bedhaya Ketawang di Sasana Sewaka, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Selasa (3/5/2016). Tarian sakral yang hanya ditampilkan saat Jumenengan (peringatan naik tahta raja) tersebut tidak dihadiri Sri Susuhunan Paku Buwono XIII Hangabehi karena konflik internal keraton yang belum terselesaikan. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Penari Keraton membawakan tari Bedhaya Ketawang saat acara peringatan Tingalan Hadeging Bedhaya Ketawang di Sasana Sewaka, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Selasa (3/5/2016). Tarian sakral yang hanya ditampilkan saat Jumenengan (peringatan naik tahta raja) tersebut tidak dihadiri Sri Susuhunan Paku Buwono XIII Hangabehi karena konflik internal keraton yang belum terselesaikan. (Ivanovich Aldino/JIBI/Solopos)

Sementara itu, kubu Plt. PB XIII mengadakan upacara Tingalan Jumenengan Dalem di Sasana Sewaka. Berbeda dengan pelaksanaan di Sasana Narendra, upacara adat Tingalan Jumenengan Dalem di Sasana Sewaka menampilkan sajian tari Bedaya Ketawang. Selain Puger, upacara adat yang dilakukan di tengah kompleks Keraton itu dihadiri pula beberapa pengageng Keraton lain.

Kerabat Keraton dari Kubu PB XIII, K.P.A. Suro Agul-Agul atau Begug Purnomosidi, berkomentar Keraton Solo masih berada di bawah naungan PB XIII atau Sinuhun. Disinggung Solopos.com soal penyelenggaraan upacara Tingalan Jumenengan Dalem yang dilaksanakan kubu Plt. PB XIII K.G.P.H. Puger di Sasana Sewaka, dia tidak mempedulikan. Menurut Begug yang telah mendapat mandat dari PB XIII untuk bicara kepada wartawan, mengatakan Jumenengan Dalem merupakan hak prerogatif raja, yakni PB XIII.

“Tingalan Jumenengan Dalem biasanya memang di sana [Sasana Sewaka], namun raja menghendaki di sini [Sasana Narendra]. Karena rumah Sinuhun kan di sini. Jadi Sinuhun mau melaksanakan di sana maupun di sini, itu terserah Sinuhun. Raja punya hak prerogatif untuk menentukan pelaksanaan upacar,” kata Sura.

Pantauan Solopos.com, dalam upacara adat yang diadakan kubu PB XIII, sang tamu Sultan Kerajaan Adat Sekala Brak Lampung ke-23 Brigjen Pol. Edward Syah Pernong, disambut meriah dengan pertunjukan Reog Ponorogo. Sultan beserta rombongan berjalan mulai dari Sasana Putra ke arah timur menuju Sasana Prabu dan masuk ke Sasana Narendra.

Rombongan Sultan Kerajaan Lampung juga menampilkan kesenian khas asal daerahnya. “Mengapa Reog Ponorogo? Ada hubungan antara SISKS PB dengan Ponorogo yang terjalin sejak Bathara Karta. Jadi ada ceritanya. Kalau pertunjukan Bedaya-Bedaya [Ketawang] saat Jumenengan kali ini tidak ada. Setelah diarak, tamu masuk untuk menemui Sinuhun di Sasana Narendra,” jelas Begug.

Begug menyebut dalam upacara Tingalan Jumenengan Dalem, PB XIII juga memberikan gelar kepada sekitar 50 orang yang dianggap sudah mengabdikan dirinya untuk Keraton.

Di lain sisi, Ketua Eksekutif Lembaga Hukum Keraton Solo, K.P. Eddy Wirabhumi, mengatakan tidak menjadi masalah jika ada pihak lain juga mengadakan upacara Tingalan Jumenengan Dalem. Selain itu, menurut dia, tidak menjadi masalah juga apabila upacara tidak dihadiri Sinuhun. Eddy menegaskan, esensi pelaksanaan Tingalan Jumenengan Dalem adalah adanya tarian Bedhaya Ketawang.

“Esensi upacaranya kan bedaya ketawang. Jadi ya itu, bedaya ketawang tidak bisa ditarikan di tempat lain. Bahkan latihan juga tidak bisa di tempat lain. Latihannya juga terjadwal, yakni 35 hari sekali. Apalagi kalau pementasannya. Itu kan ada serangkaian tata cara ritual yang harus diikuti. Tidak asal. Lagian itu kan bukan hanya dilaksanakan setahun atau dua tahu lalu, tapi sudah ratusan tahun,” jelas Eddy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya