SOLOPOS.COM - Camat Sumberlawang Endang Widayanti (kiri) membantu warga saat menganyam mendong menjadi keranjang di Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Sumberlawang, Sragen, Senin (8/11/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Puluhan set keranjang anyaman berbahan mendong tertumpuk di depan rumah Tugimin, 52, di RT 008B, Dukuh Kowang, Desa Ngargotirto, Kecamatan Sumberlawang, Sragen. Setiap satu set keranjang mendong terdiri atas tiga keranjang dengan ukuran yang berbeda, yakni ukuran diamater 30 cm, 40 cm, dan 50 cm dan tinggi masing-masing 31 cm, 35 cm, dan 41 cm.

Satu set keranjang tersebut dijual dengan harga standar ekspor senilai Rp360.000. Keranjang mendong itu merupakan hasil inovasi Tugimin, yang juga seorang peternak dan nelayan Waduk Kedung Ombo (WKO).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati pendidikan terakhirnya hanya lulusan kejar paket B atau setara dengan sekolah menengah pertama (SMP), Tugimin memiliki kreativitas dan inovasi yang unik. Bapak lima anak itu pernah dinobatkan sebagai pemuda pelopor tiga tahun berturut-turut mulai 2010, 2011, dan 2012.

Baca Juga: Di Punden Tingkir, Ibu Rumah Tangga di Kalijambe Sragen Kini Berdikari

Sebelumnya, Tugimin membuat bermacam-macam usaha. Mulai membuat kotak ikan bandeng, ikan red devil dan ikan petek krispi. Ada juga usaha tiwul krispi, peternakan ayam, konveksi, dan seterusnya hingga akhirnya menemukan usaha kerajinan mendong itu. Kerajinan mendong itu baru digelutinya sejak tujuh tahun terakhir.

“Sekarang usaha kerajinan mendong itu bisa memberdayakan 200 orang yang menyebar di wilayah Sumberlawang. Tenaga kerjanya bukan seperti di pabrik, tetapi memberdayakan masyarakat untuk meningkatkan ekonominya. Mayoritas warga di Sumberlawang ini petani atau nelayan. Yang bisa fokus menggarap dari pagi sampai sore hanya di Mojopuro dengan 30 orang tenaga kerja,” ujar Tugimin didampingi Camat Sumberlawang, Endang Widayanti dan Sekretaris Desa Ngargotirto, Lilik Purnomo.

Lirik Pasar Luar Negeri

Tugimin memulai usaha membuat kotak bandeng presto pada 2010. Dalam perkembangannya, Tugimin mulai melirik pasar luar negeri dan melihat peluangnya.

Baca Juga: Aplikasi Buatan DPUPR Bawa Pemkab Sragen Raih Bhumandala Award 2021

Rencana bermain di pasar ekspor itu dilakukan Tugimin setelah adanya kenaikan bahan kayu dalam pembuatan kotak bandeng presto. Usaha pembuatan kotak bandeng presto itu pun diserahkan temannya di Kota Salatiga. Mulai 2014-2015, ia mulai menjajaki produksi mendong.

“Saya melihat anak-anak muda di Ngargotirto ini sering kali merantau selepas lulus sekolah. Biasanya mereka ada yang mengajar mengaji di TPA kemudian ditinggal merantau sehingga TPA menjadi macet. Saya berpikir untuk membuat usaha yang bisa memikat anak-anak muda itu supaya tidak keluar desa. Saya melihat bahan mendong di Jogja. Saya mencoba-coba bikin,” ujar Tugimin.

Di sisi lain, ia memiliki saudara yang bekerja di Korea Utara. Ia mencoba kirim gambar ke sana namun dibalas dengan permintaan sampel barang. Ia lantas menyiapkan sampel yang diminta tetapi terkendala dengan pengepakan. Hingga akhirnya, Tugimin yang juga Ketua Paguyuban Suara RRI Pedesaan itu terhubung dengan teman dan bisa bekerja sama dengan perusahaan ekspor di Solo untuk pengepakan produk yang dikirim ke luar negeri. Masalah pun teratasi.

Baca Juga: Jembatan Gantung Anyar Jadi Akses Utama Desa Wisata Kadipiro Sragen

Kini ia mengekspor baran produksinya dua negara, yakni Korea Utara dan Singapura.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya