SOLOPOS.COM - Para perajin tengah membuat patung kayu (JIBI/Harian Jogja/Annisa Margrit)

Para perajin tengah membuat patung kayu (JIBI/Harian Jogja/Annisa Margrit)

Dusun Pucung, Desa Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, telah lama dikenal sebagai sentra kerajinan patung kayu dengan motif primitif. Motif ini menyerupai patung-patung Suku Asmat. Namun, beberapa tahun belakangan pamornya meredup.

Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo

Dari sekitar 40 pengusaha patung kayu primitif yang dulu beroperasi, sampai saat ini, kurang dari sepuluh orang yang masih bertahan. Pengusaha lainnya beralih menjadi perajin bubut kayu, pengusaha mebel antik dan ukiran, serta perajin furniture kayu.

Sihono adalah salah satunya. Mulai menjadi perajin patung kayu sekitar 1982-1983, sekarang berganti fokus menjadi perajin furniture kayu bergaya rustic.

Berbagai furniture bikinannya dibuat dengan teknik sambungan. Kayu-kayu jati dipotong dengan berbagai ukuran, lalu disambung dan dirakit hingga menjadi bentuk yang diinginkan.

Produk-produknya sebagian besar berupa bangku bar, kursi, meja bar, meja kopi, kap lampu, dan partisi.“Saya mulai beralih ke pembuatan furniture seperti ini baru setahun terakhir,” ujarnya kepada Harian Jogja. Ditemui di rumah sekaligus workshop-nya, Rabu (20/6), Sihono menuturkan dirinya beralih fokus usaha karena patung kayu primitif sudah sulit untuk berkembang.

Sihono mengatakan banyak perajin patung kayu primitif yang tidak memiliki kreatifitas dan imajinasi untuk mengembangkan diri. Akibatnya, motif patung kayu yang mereka buat tidak berkembang. Dia sendiri adalah perajin patung kayu pertama yang ada di Dusun Pucung.

Kurangnya kreativitas membuat pamor Dusun Pucung meredup. Ditambah lagi dengan persaingan harga yang tidak sehat. Tiap pengusaha menawarkan harga yang terlampau murah dan tidak sebanding dengan biaya produksi.

Usaha furniture-nya, diakui Sihono memiliki prospek yang lebih cerah. Meskipun baru setahun, tapi permintaan terhadap furniture buatannya sudah datang dari Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Eropa.

“Pembeli asing tertarik dengan desain kami. Mereka bilang desainnya unik dan buatannya rapi,” tutur Arjuna, anak Sihono yang ikut membantu bisnis tersebut. Desain, tambahnya, seluruhnya berasal dari mereka.

Untuk pengiriman ke luar negeri, mereka bisa mengirim sekitar sepuluh set meja dengan total nilai Rp10 juta hingga Rp20 juta. Biasanya satu pembeli memesan tiap tiga bulan.

Di pasar lokal, furniture buatan mereka banyak dibeli warga Jakarta. Harga tiap jenis berbeda-beda, mulai dari Rp200 ribu untuk kursi sederhana hingga Rp7 juta untuk meja berukuran besar dan teknik sambungan yang rumit.

“Kalau orang asing inginnya yang sempurna. Lecet sedikit pasti komplain. Kalau orang kita nawar harganya suka enggak kira-kira,” ungkap Sihono sambil tertawa.

Bahan baku kayu jati yang mereka gunakan diambil dari daerah Wonosari dan Kulonprogo. Kayu-kayu itu didatangkan dua kali sebulan. Kayu-kayu dikirim dengan truk bermuatan sekitar dua kubik.

Sihono menghabiskan Rp900.000 untuk tiap pengiriman. Dalam satu hari, pekerjanya bisa membuat tiga set meja dan kursi. Namun, untuk ukuran yang besar dan desain yang rumit, pengerjaannya bisa mencapai satu minggu.

Menurut Arjuna, biaya operasional memang besar. Untuk mengupah 15 pekerjanya, dia mengeluarkan Rp2 juta per minggu.

Arjuna menyatakan pendapatan dari usaha ini naik turun. “Kadang ramai, kadang sepi. Kalau sedang banyak pesanan, bisa sampai Rp50 juta,” sebutnya.

Sihono dan anaknya mengatakan usahanya mulai berkembang karena mereka memanfaatkan internet. Segala pesanan dan pemasaran dilakukan lewat e-mail dan situs mereka, tanpa bantuan dari pihak lain.

“Tidak ada bantuan apapun dari pemerintah. Ketika dusun kami ramai, mereka [pejabat pemerintah] banyak yang datang. Setelah meredup sampai sekarang, tidak pernah ada bantuan lagi atau setidaknya perhatian dari mereka supaya perajin di sini bisa bangkit,” sesal Sihono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya