SOLOPOS.COM - Ilustrasi (Dok. SOLOPOS)

Solopos.com, KLATEN--Ribuan kera jenis ekor panjang masih terus menyerang ladang milik warga lereng Gunung Merapi, Desa Balerante, Kecamatan Kemalang. Akibatnya, warga mengalami kerugian yang cukup besar, bahkan gagal panen karena serangan tersebut.

Informasi yang dihimpun solopos.com, ladang yang diserang kawanan kera itu berada di bantaran Kali Woro. Hewan liar yang termasuk dilindungi pemerintah tersebut biasa muncul saat warga tidak berada di ladang. Kera di antaranya menyerang tanaman pangan dan hortikultura seperti jagung, umbi-umbian dan sayur-sayuran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Salah satu petani di Balerante, Kamto, 53, menduga kawanan kera itu turun ke ladang warga karena di gunung sudah tidak ada makanan lagi. “Di habitat mereka mungkin tidak ada makanan lagi sejak erupsi Merapi pada 2010, sehingga kera itu turun untuk mencari makanan,” katanya kepada wartawan di lokasi, Sabtu (18/1/2014).

Ekspedisi Mudik 2024

Pihaknya mengaku mengalami kerugian yang cukup besar akibat serangan kera tersebut. “Dalam satu musim tanam, saya mengalami kerugian Rp5 juta hingga Rp10 juta,” tandasnya.

Menurutnya, dia dan petani lain yang ada di bantaran Kali Woro sudah berbagai cara melakukan upaya untuk mengusir kera ekor panjang tersebut. Cara itu seperti menunggu ladang hingga membunyikan petasan. Kendati demikian, cara-cara yang telah dilakukan tidak kunjung berhasil.

Pihaknya meminta agar pemerintah segera bertindak supaya kera tersebut tidak lagi merusak tanaman mereka. Apalagi, kondisi itu sudah berlangsung sejak lama.
Sementara, Kepala Desa Balerante, Sukono, membenarkan adanya serangan kera yang turun dari gunung Merapi tersebut. “Kera-kera sangat banyak yang merusak ladang warga. Bahkan, kami tidak bisa menghitung berapa total ladang yang dirusak itu,” katanya kepada wartawan, Jumat (17/1).

Menurutnya, pemasangan jaring di sekeliling lahan pertanian sangat efektif mengusir kera. Namun, kondisi geografis di Balerante yang bergunung-gunung membuat petani kesulitan memasang jaring itu.

Bersama warga, dia mengaku pernah memiliki pemikiran untuk menanam tanaman jambu dan talok. Namun, karena hutan di puncak  dikelola oleh Taman Nasional Gunung Merapi, pihaknya jadi ragu untuk melakukannya. “Jika kami nekat menanam jambu dan talok, kami takut dikira melanggar peraturan,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya