Keprucut omong

Pagi yang tak begitu indah di sebuah taman kanak-kanak (TK) di Magelang, Lady Cempluk dibuat judheg oleh anaknya, Jon Koplo. Saat jam istirahat, Jon Koplo yang sudah jajan kesekian kalinya itu masih belum puas.

Kali ini ia minta jajan sate ayam yang dijual keliling oleh Gendhuk Nicole.
”Bu, beli sate!” pinta Jon Koplo.
”Emoh ah, kuwi satene ora enak,” bujuk ibunya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

”Pokoknya beli sate! Beli sateee…!!!” rengek Koplo seperti kesetanan sambil membuang sisa sosis yang belum dimakannya.
”Kandhani kok ngeyel. Kuwi satene ora enaaak!” Cempluk nampak hilang kendali dan nada bicaranya meninggi. Mungkin ia teringat jatah uang belanjanya sudah mepet sehingga amarahnya sedikit memuncak.

Mendengar teriakan Cempluk, tentu saja Gendhuk Nicole yang sedang dikerumuni empat anak TK itu terperenjat. Ia tidak terima dibilang satenya tidak enak.

”Pancen sateku ora enak! Mulane ora sah tuku nggonku!” balas Gendhuk Nicole dengan nada sengol.
Mengetahui Gendhuk Nicole marah, Cempluk takut dan malu karena keprucut omongan tadi. Sementara itu calon pembeli sate yang sedang mengerumuni Gendhuk Nicole saling pandang, lalu salah satu di antaranya nyeletuk, ”Woo, satene ora enak ta. Ora sida tuku wae!” katanya sambil ngeloyor pergi diikuti teman-temannya.

Melihat anak-anak ngeluyur, Gendhuk jadi kelimpungan karena sate yang dipesan anak-anak itu telanjur dibakar dan diracikkan bumbunya, sementara duitnya belum diterima.

”E-e-eee, dha arep nyang endi? Enak kok Le, satene enak kok. Mbak-e mau mung ngapusi,” cegah Gendhuk.
Tapi walaupun dibujuk rayu, anak-anak tetap saja ngeluyur tak jadi beli sate. Gendhuk tampak getun gara-gara ikut keprucut omong kalau satene tidak enak! Pawit Mulyadi, Cacaban Timur No 484 Magelang 56121