SOLOPOS.COM - Pria memadamkan api di hutan kawasan Palangkaraya, Kalimantan Tengah. (Reuters-Willy Kurniawan)

Solopos.com, SOLO – Kepala BNPB, Letjen TNI Doni Monardo, mengatakan, karhutla merupakan ancaman permanen. Jadi, masalah tersebut butuh solusi yang permanen pula. Dia pun mengimbau semua pihak tidak saling menyalahkan terkait karhutla.

Doni Munardo menilai kondisi 2019 ini mirip dengan 2015 yang mengalami kemarau panjang. Berdasarkan data yang dipublikasikan di laman resmi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang dikutip, Sabtu (28/9/2019), ada kenaikan titik panas sekitar 89,75 persen atau 3.355 dibandingkan 2018. Tetapi, jumlah ini masih lebih kecil dibandingkan 2015. Itulah sebabnya dia mengimbau semua pihak tidak saling menyalahkan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya katakan bukan waktunya lagi saling menyalahkan. Kemarau panjang ini kan alami. Jadi, kita menghadapi dua persoalan. Yang satu karena perilaku yang kedua faktor alam,” terangnya seperti dikutip dari Okezone.

Ekspedisi Mudik 2024

Dia mengimbau semua pihak berkolaborasi mengatasi kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Tanpa kolaborasi, masalah tersebut sulit diatasi. Apalagi jika sampai terulang di masa depan.

“Kondisi seperti ini harus membuat kita semua berkolaborasi. Tanpa ada kolaborasi rasanya akan sulit. Dan peristiwa kemarau ini pasti terulang lagi tahun depan,” sambung dia.

Saat ini pemerintah lewat KLHK terus melakukan upaya menanggulangi asap akibat karhutla. Teknologi modifikasi cuaca (TMC) dilakukan di sejumlah wilayah rawan karhutla dan diklaim berhasil di kawasan Ruau, Jambi, Sumatra Selatan, serta Kalimantan Barat.

Deputi Bidang Meteorologi, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Mulyono R. Prabowo, menyampaikan keputusan melakukan modifikasi cuaca diambil setelah Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan kunjungan kerja ke Riau pada 16 September 2019 lalu.

Deputi bidang Teknologi Pengembangan Sumber Daya Alam, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Yudi Anantasena mengatakan, menerangkan TMC yang dilakukan di wilayah Sumatera dan Kalimantan sejak 17 hingga 25 September 2019 ini telah membuahkan hasil.

Dalam proses modifikasi cuaca, BPPT mengambil data dari BMKG untuk menentukan daerah yang awannya siap disemai. Persemaian awan memang memerlukan waktu yang tepat. Dengan kondisi kemarau yang cukup panjang ini, pekan terakhir September 2019 merupakan waktu yang tepat untuk melakukan modifikasi cuaca, karena masih dalam kondisi kemarau, dan menuju musim penghujan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya