SOLOPOS.COM - Suwarmin (Dokumen Solopos)

Solopos.com, SOLO -- Kabar menggembirakan datang dari Jerman pada Sabtu malam (16/5). Bundesliga atau Liga Jerman kembali berputar dalam sebuah seremoni senyap, digelar tanpa penonton. Derby dua klub terkemuka di Lembah Ruhr, antara Borussia Dortmund melawan Schalke 04, itu dimenangi Dortmund dengan skor telak 4-0.

Bukan kemenangan Dortmund yang penting. Klub berjuluk Die Borussen itu memang tengah naik daun. Mereka punya barisan penyerang muda yang luar biasa, seperti Jardon Sancho, dan ujung tombak muda yang mentereng yang dianggap sebagai calon bintang besar, Erling Haaland.

Promosi Uniknya Piala Asia 1964: Israel Juara lalu Didepak Keluar dari AFC

Sejatinya kemenangan telak tim asuhan Lucien Favre ini bukan berita besar. Laga di Stadion Signal Iduna Park, Dortmund, itu seperti perayaan kemenangan Jerman atas wabah Covid-19. Wabah ini bukan hanya mencekam sekitar lima juta warga yang menghuni kawasan Lembah Ruhr, namun juga seluruh dunia.

Pertandingan sepak bola di Signal Iduna Park dan lima laga lainnya yang dimainkan malam itu terasa seperti seremoni kemenangan Jerman atas pandemi ini. Setelah seluruh umat manusia dicekam kegelisahan, sebagian bahkan merasa frustrasi karena dampak virus corona baru yang mulai “memakan” penghasilan mereka dan mengoyak kenyamanan hidup mereka, sekonyong-konyong para pemain sepak bola itu bertarung di lapangan.

Mereka memang bertanding tanpa teriakan penonton, tetapi mereka tetap berjibaku, adu tackle, adu tenaga body-charge, berbagi keringat, dan sebagainya. Sebulan sebelum pertandingan itu diputuskan, pro dan kontra tentang boleh tidaknya Bundesliga diputar ramai diperbincangkan di Jerman.

Para pejabat negeri itu juga bersilang pendapat. Banyak yang khawatir pertandingan sepak bola akan membuat kafe-kafe ramai pengunjung, berdesakan, sehingga berbahaya bagi penyebaran virus corona. Suporter sepak bola yang biasanya sulit diatur akan nekat berkerumun di luar stadion. Kompetisi itu tetap dilanjutkan.

Sebelumnya, Liga Korea lebih dulu dimainkan lagi, namun dampak virus corona di Jerman hampir 16 kali lipat daripada wabah serupa di Korea Selatan. Menurut data worlddometer.info, Minggu (17/5), jumlah warga Jerman yang terinfensi Covid-19 sebanyak 176.244 orang, 8.027 orang di antara mereka meninggal dunia.

Jumlah kasus Covid-19 di Korea Selatan sebanyak 11.050 orang. Memainkan pertandingan sepak bola secara profesional di tengah pandemi jelas merupakan keputusan berani dan mengundang risiko. Wabah Covid-19 di Jerman belum benar-benar selesai.

Masih menurut catatan worlddometer.info, sampai kemarin jumlah pasien yang terinfeksi masih sangat besar, yakni 15.617 orang. Dari jumlah itu, 14.414 orang (92%) masuk dalam gejala ringan dan 1.203 orang (8%) termasuk dalam kategori berat.

Jerman juga masih mencatat 545 kasus baru dan 26 kematian baru. Sehari sebelum Bundesliga dimainkan lagi, seorang pemain Werder Bremen harus masuk karantina karena terpapar virus. Saat pertandingan di sejumlah stadion itu dimainkan, lebih dari 1.000 warga Jerman masih terbaring di rumah sakit karena penyakit ini.

Pemerintah Jerman dan Liga Sepak Bola Jerman (DFL) memilih memainkan pertandingan itu. Berdasarkan hasil survei, sebagian besar suporter sepak bola Jerman menentang sepak bola tetap dimainkan di tengah pandemi, tetapi Bundesliga akhirnya tetap dimainkan.

Peristiwa Kemanusiaan

Pertandingan ini akhirnya lebih dari sekadar peristiwa olahraga. Ini adalah peristiwa kemanusian. Sebuah simbol perlawanan sekaligus simbol kebangkitan, bahwa meski virus corona tipe baru masih mengancam, meski vaksin belum ditemukan, hidup harus dilanjutkan.

Pertandingan digelar tanpa penonton dan menerapkan sejumlah protokol kenormalan baru. Detik.com memberitakan sejumlah kenormalan baru diterapkan pada pertandingan Bundesliga ini. Pemain datang ke stadion dengan sejumlah bus agar para pemain mempunyai jarak tempat duduk yang lapang.

Para pemain menjalani karantina dan tes secara regular, wajib memakai masker sejak keluar bus hingga duduk di bench. Para pemain cadangan wajib mengenakan masker saat duduk di bangku pemain. Bola disemprot disinfektan secara teratur, laga tanpa penonton, tanpa foto bersama sebelum bertanding, wawancara seusai pertandingan dilakukan secara jarak jauh.

Sejumlah liga profesional Eropa segera mengikuti jejak Bundesliga. Dalam waktu dekat, Liga Seri A Italia dan Liga Primera Spanyol akan bergulir dengan protokol kesehatan yang sama. Ketika liga kembali diputar, sejumlah profesi mulai beraksi kembali: pemain, pelatih, dokter tim, anak gawang, wasit, hakim garis, jurnalis, komentator sepak bola di televisi, dan lain-lain.

Setelah sepak bola, akankah sejumlah sektor bisnis dibuka kembali? Hotel dan restoran, salah satu sektor bisnis yang paling kena dampak wabah Covid-19, berpeluang dihidupkan kembali dengan syarat wajib menerapkan protokol kesehatan yang ketat, misalnya jumlah pengunjung dibatasi, karyawan dan pengunjung wajib pakai masker, wajib menyediakan hand sanitizer, aturan baru penyediaan makanan, dan lain-lain.

Kalau aturan ini ditaati, memang kapasitas bisnis akan berkurang, tetapi bisnis akan berputar. Karyawan hotel bisa masuk kerja lagi, tamu akan berdatangan, sopir taksi atau tukang becak bisa menjual jasa kepada penumpang lagi, petani sayur dan petani buah bisa menyetor hasil panen ke hotel lagi, dan seterusnya.

Masalah muncul karena sebagian masyarakat kita tidak mempunyai kedisiplinan yang tinggi dalam menaati protokol kesehatan. Ketika sebagian orang sangat disiplin mengenakan masker, selalu menjaga jarak, selalu rajin mencuci tangan dan siap  hand sanitizer di kantong pakaian, sebagian orang lainnya masih merasa bebas dan nyaman berdesakan di warung-warung wedangan atau duduk bergerlombol sambil main game online tanpa masker pelindung sama sekali.

Gerakan kenormalan baru untuk menggerakkan roda perekonomian menjadi sangat berisiko jika sebagian orang tidak mengindahkan protokol kesehatan. Sampai kemarin, jumlah kasus Covid-19 di Indonesia menurut worldometer.info memang ”hanya” 17.025 orang.

Indonesia baru menggelar tes sebanyak 182.818. Bandingkan dengan Jerman yang mempunyai jumlah penduduk kurang dari sepertiga jumlah populasi Indonesia dan telah melakukan tes sebanyak 3.147.771. Kenormalan baru membutuhkan standar ketaatan yang ketat.

Hari-hari belakangan ini, menjelang Lebaran 2020 ini, pasar dan mal mulai berangsur–angsur semarak lagi. Penjualan bahan pokok merangkak naik, meski jelas tak setinggi penjualan menjelang Lebaran tahun-tahun sebelumnya, roda bisnis mulai bergerak perlahan.

Dengan protokol kesehatan yang ketat disertai pengawasan yang masif, semuanya diharapkan bisa terkendali: bisnis berjalan, pandemi terkontrol. Ingat, musuh kita masih sama dan tetap tidak kelihatan. Ancaman virus corona jenis baru itu masih membayangi. Ketika masih banyak yang mengabaikan protokol kesehatan, hanya sebuah kebruntungan jika tidak muncul klaster persebaran baru wabah ini.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya