SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kendaraan bermotor merupakan peralatan transportasi utama yang digunakan masyarakat untuk melakukan perjalanan.

Agar dapat beroperasi, kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak merupakan sumber energi yang tidak dapat diperbaharui, sehingga jika terus menerus digunakan maka suatu saat bahan bakar tersebut akan habis.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Penggunaan bahan bakar minyak pada kendaraan bermotor menghasilkan energi dan gas karbon monoksida. Gas karbon monoksida adalah zat yang menyebabkan pencemaran udara. Penyebab utama pencemaran udara berasal dari gas kendaraan bermotor.

Pencemaran udara ini membawa banyak dampak negatif yaitu masalah kesehatan. Seseorang yang sering menghirup udara kotor dari kendaraan bermotor bisa berdampak terhadap berkurangnya kesehatan manusia.

Organ tubuh yang terdampak dari udara kotor adalah pernapasan, jantung bahkan menyebabkan kanker pada tubuh manusia. Anak-anak di daerah yang terpapar polutan udara dapat menderita pneumonia dan asma.

Dampak negatif lainnya yaitu pemanasan global. Polusi udara bisa menyebabkan pemanasan global. Pemanasan global merupakan fenomena meningkatnya suhu bumi. Akibatnya adalah beberapa daerah menjadi lebih kering dan beberapa tanaman dan hewan mati karena kekeringan.

Kendaraan bermotor juga menghasilkan gas yang berbahaya. Pada saat hujan, tetesan air bergabung dengan gas yang berbahaya ini menjadi asam dan kemudian jatuh ke tanah dalam bentuk hujan asam. Hujan asam bisa menyebabkan kerusakan pada manusia, hewan dan tanaman.

Penipisan lapisan ozon juga tak terhindarkan. Ozon yang ada di stratosfer bumi mempunyai fungsi melindungi manusia dari sinar ultraviolet (UV) yang berbahaya.

Polusi udara menyebabkan lapisan ozon semakin menipis. Lapisan ozon yang tipis berakibat semakin mudahnya sinar UV masuk ke bumi dan menyebabkan masalah kulit dan mata.

Dengan banyaknya dampak negatif dari bahan bakar minyak ini, maka para ilmuwan berusaha membuat inovasi kendaraan listrik dengan alternatif pengganti bahan bakar minyak, salah satunya dengan teknologi baterai untuk sepeda motor listrik.

Jenis baterai yang banyak digunakan industri motor listrik adalah swap battery jenis lithium ion. Battery lithium merupakan baterai ramah lingkungan karena sifatnya bisa diisi ulang.

Jenis baterai lithium yang saat ini banyak digunakan adalah lithium ferrum phosphate (LFP), lithium nikel mangan cobalt oxide (LNMC), lithium nikel cobalt aluminium oxide (LNCA), lithium titanate oxide, lithium mangan oxide, dan lithium cobalt oxide. Namun yang saat ini banyak digunakan beberapa kendaraan listrik adalah LFP, LNMC, dan LNCA.

Baterai jenis LFP lebih banyak digunakan dengan alasan utama adalah ringan, tidak mudah terbakar, dan memiliki power density yang lebih besar di antara ketiga jenis baterai tersebut.

Penggunaan kendaraan listrik berpotensi signifikan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar minyak dan polusi udara. Pengurangan penggunaan bahan bakar minyak diharapkan memberikan dampak positif bagi lingkungan yaitu menghemat bahan bakar minyak.

Kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar minyak untuk menjalankan kendaraan. Kendaraan listrik menggunakan teknologi baterai dan bukan bahan bakar minyak. Penggunaan baterai ini berarti menghemat bahan bakar minyak.

Polusi Udara

Penggunaan kendaraan listrik diharapkan mengurangi penggunaan bahan bakar minyak. Bahan bakar minyak merupakan salah satu sumber daya alam. Penggunaan kendaraan listrik diharapkan mampu menjaga kelestarian sumber daya alam.

Kendaraan listrik juga dapat mengurangi polusi udara karena tidak menghasilkan asap yang menyebabkan pencemaran udara. Selain itu, upaya penggunaaan kendaraan listrik merupakan upaya agar sumber daya alam tidak cepat habis dan adanya keberlanjutan di masa depan.

Penggunaan kendaraan listrik ini mempunyai potensi dampak lingkungan yang baik. Namun potensi baik ini juga bisa menimbulkan potensi yang buruk terhadap lingkungan jika kita melihat cakupan yang lebih luas yaitu dari sumber listrik dan limbah yang dihasilkan.

Beberapa potensi buruk bagi lingkungan yaitu proses pengisian kendaraan listrik menggunakan listrik, di mana sebagian besar listrik dihasilkan dari pembangkit listrik berbahan bakar minyak.

Saat ini, sebagian besar pembangkit listrik masih menggunakan bahan bakar minyak. Kondisi untuk mengurangi polusi udara dari bahan bakar minyak menjadi seolah-olah percuma jika listrik yang dihasilkan berasal dari bahan bakar minyak bumi.

Perlu ada upaya juga untuk memperbanyak pembangkit listrik berbahan bakar yang ramah lingkungan seperti pembangkit listrik tenaga surya, angin, maupun air.

Baterai yang sudah habis masa pakainya (end of life) merupakan limbah yang berbahaya. Pembuangan limbah tidak boleh dilakukan sembarangan.

Perlu ada lembaga yang mengolah limbah baterai agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan dan memanfaatkan bahan baku yang masih bisa didaur ulang untuk digunakan lagi.

Pengembangan kendaraan listrik yang hanya melihat dari sisi kendaraan listrik saja, pengembangan itu tidak akan memberikan dampak positif untuk lingkungan.



Agar pengembangan kendaraan listrik bisa menimbulkan dampak lingkungan yang lebih baik, perlu mempertimbangkan dari awal sampai akhir, dari sumber listrik kendaraan listrik sampai dengan penanganan limbah kendaraan listrik tersebut.

Pengembangan kendaraan listrik yang mempertimbangkan ekosistem secara keseluruhan dari awal sampai akhir akan memberikan dampak yang lebih baik bagi lingkungan.

Artikel ini ditulis oleh Hafidh Munawir, mahasiswa Program Doktor Teknik Industri Universitas Sebelas Maret, Dosen Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya