SOLOPOS.COM - Petani tengah memasang rumah burung hantu (rubuha) di areal persawahan Kelurahan/Kecamatan Sukoharjo, Kamis (26/8/2021). (Solopos/Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SUKOHARJO – Sejumlah kelompok tani di wilayah Sukoharjo mengoptimalkan burung hantu guna mengendalikan hama tikus yang kerap menyerang lahan pertanian. Hal ini berimplikasi pada peningkatan produksi dan menjaga surplus padi.

Tikus masih menjadi momok bagi para petani saat musim tanam (MT). Organisme pengganggu tanaman (OPT) tersebut kerap menyerang tanaman padi sehingga para petani gagal panen. Saat musim penghujan, hama tikus lebih cepat berkembang biak saat kondisi tanah lembab.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Biasanya, hama tikus keluar dari lubang tanah di sekitar areal persawahan pada malam hari. Jumlahnya bisa mencapai ratusan hingga ribuan ekor tikus. Mereka langsung merusak batang tanaman padi di areal persawahan.

Baca Juga: Hore! Bus Trans Jateng Semarang-Grobogan Beroperasi Oktober 2021

Guna mengendalikan hama tikus yang kian merajalela, kelompok tani di Kelurahan/Kecamatan Sukoharjo memelihara burung hantu jenis tyto alba yang menjadi predator alami tikus. Burung hantu memiliki kemampuan membunuh dan memangsa tikus di areal persawahan.

“Populasi tikus bisa ditekan jika para petani melakukan gerakan pengendalian serentak dan terganisir. Selain gropyokan tikus, harus ada upaya lain untuk memberantas hama tikus yakni memanfaatkan burung hantu,” kata seorang petani sekaligus pengelola karantina burung hantu di Kelurahan Sukoharjo, Widodo, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (26/8/2021)

Widodo menceritakan ratusan hektare sawah di daerah tersebut gagal panen alias puso pada beberapa tahun silam. Ribuan ekor tikus bermigrasi ke lokasi lahan pertanian dalam beberapa hari. Akibatnya, para petani gigit jari lantaran ratusan hektare sawah tak bisa dipanen lantaran diserang tikus.

Widodo dan sejumlah petani lantas merintis memelihara burung hantu pada pertengahan 2012. Dia membikin kandang yang difungsikan untuk karantina burung hantu sebelum dilepaskan ke areal persawahan.

“Burung hantu berumur 3,5 bulan bisa dilepas ke habitatnya di sawah untuk membasmi tikus. Dahulu, hanya ada beberapa rumah burung hantu [rubuha] di pinggir lahan pertanian. Lambat laun banyak petani yang memanfaatkan burung hantu untuk membasmi tikus sehingga jumlah rubuha bisa ratusan unit,” ujar dia.

Satu ekor burung hantu bisa membunuh satu-lima ekor tikus setiap malam. Dalam sebulan, satu ekor burung hantu bisa membunuh 150 ekor tikus. Apabila dalam satu area persawahan terdapat 10 ekor burung hantu, maka tikus yang terbunuh bisa mencapai 900 ekor-1.500 ekor per bulan.

Baca Juga: Kapolres Sukoharjo Bagikan Lele Gratis Ke Warga Isoman Paki Motor Bronjong

Seorang petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) Kecamatan Sukoharjo, Sri Wiji Astuti, menyatakan saat ini, jumlah tyto alba di wilayah Kecamatan Sukoharjo sekitar 700 ekor. Awalnya hanya petani di Kelurahan Sukoharjo yang memelihara tyto alba. Kini, para petani di daerah lain juga melakukan hal serupa untuk mengendalikan tikus.

Dinas Pertanian dan Perikanan Sukoharjo tengah mengusulkan pembangunan penangkaran burung hantu di sekitar areal persawahan di Kelurahan Sukoharjo. “Saya terus mengedukasi para petani agar memelihara burung hantu untuk membasmi tikus. Pemanfaatan burung hantu bisa menekan angka serangan tikus pada tanaman padi sehingga tak ada lagi lahan pertanian yang gagal panen,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya